Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Senin, 03 Mei 2010

Seri 8 : Dodo dan bahasa Mandarin

Nama aslinya Andry Widodo. Saya lebih suka memanggilnya Dodo. Saat ini masih ada di kelas VII. Ada hal unik yang saya temukan pada bocah perantauan Aceh ini.
Dodo mahir berbahasa mandarin. Hal ini sudah terbukti dari kemampuannya bercerita dalam bahasa mandarin. Dalam kesehariannya pun demikian. Jika saya menanyakan bahasa mandarin dari kata tertentu, maka dia akan cepat menjawabnya. Secepat kilat. Karena saya tidak mengerti bahasa mandarin, maka saya percaya saja..hahaha.

Selain kemampuannya berbahasa mandarin, Dodo punya kebiasaan unik lainnya, yakni gerak-geriknya. Kalau belum mengenalnya, cara paling mudah untuk membayangkannya adalah dengan menganggapnya sebagai salah satu tokoh di film-film asal Hongkong, seperti pada kejadian berikut ini.

Dikelas, saya cukup sering ”mengganggu” anak-anak, termasuk Dodo tentunya. Suatu ketika saya memberi latihan soal di kelas. Saya berkeliling kelas sementara anak-anak sedang mengerjakan. Ketika mendekati meja Dodo, tiba-tiba saya dapat ide.
“Dodo !!!”, saya berteriak sambil memegang pundaknya dari belakang.

Tanpa banyak pikir, Dodo langsung berteriak juga “hayyyyaaaa”, kata Dodo sambil menaruh tangan kirinya di dahi dan tangan kanannya di dada. Teman-temannya langsung tentu saja tertawa melihat tingkah Dodo yang seperti pemain kungfu. Saya pun tidak dapat menahan tawa karena seolah sedang melihat Jackie Chan.

Setiap kali masuk atau keluar dari kelas, anak-anak akan memberi salam kepada gurunya. Khusus untuk kelas yang dihuni Dodo, anak-anak lebih sering menggunakan bahasa mandarin untuk memberi salam. Dengan bahasa yang tidak saya pahami, saya pun membalas salam mereka dengan bahasa yang tampaknya tidak mereka pahami, yakni bahasa Jawa atau Batak.

Namun suatu ketika saya pun mulai tertantang untuk membalas sapaan itu. Akhirnya saya pun berguru pada Dodo. Saya bertanya tentang jawaban-jawaban yang harus saya berikan jika ada yang menggunakan bahasa mandarin untuk menyapa.
”Ajari saya yang standar aja lah Do”
“Hmmm....ni hao ? itu apa kabar, sie-sie itu terima kasih, cay cien itu sampai jumpa, trus...”
”Cukup...cukup...itu dulu. Yang lainnya nanti-nanti aja. Keburu lupa nih”

Itulah penggalan kursus saya pada Dodo di meja piket.
Ketika tiba saatnya untuk praktek di kelas VIIB, saya agak deg-deg an, maklumlah disitu ada Dodo yang menurut saya adalah pakar bahasa mandarin. Pada saat jam pelajaran berakhir anak-anak pun bersiap-siap.
”stand up please, greeting”, kata ketua kelas.
“sie-sie lao shi, cay cien !”, seluruh siswa menyahut.
“ni hao !”, jawab saya penuh keyakinan.
”Hahahaha,,,,waduh Bu ! salah itu...”, kata Dodo.

Karena Dodo tertawa dengan gaya yang khas, seluruh anak pun jadi ikut tertawa. Maka jadilah praktek perdana saya dinyatakan gagal.

Itulah Dodo. Anak yang tetap mampu mempertahankan tradisi dalam berbahasa. Melihat kemampuan Dodo itu, terkadang saya menjadi malu. Bayangkan saja, anak sekecil itu tetap bisa menggunakan bahasa asalnya dengan fasih kendati dia juga harus fasih berbahasa Indonesia dan Inggris. Bukan hanya memahami bahasa, tampaknya Dodo juga memahami tradisi-tradisi yang ada dalam keluarga Tionghoa. Anak-anak seperti Dodolah yang mungkin menjadi penjaga tradisi luhur bangsa ini nantinya. Tradisi yang harus tetap dipertahankan kendati faktor-faktor modern mulai mengusiknya. Sie-sie Do...

1 komentar:

  1. bu saya juga pintar mandarin juga loh. ada 3 orang yang pintar berbahasa mandarin yaitu luis dan jessika kelas 7c dan saya juga rey 7a kami pernah menggikuti kontes bahasa mandarin waktu kelas 3
    di jakarta.

    BalasHapus