Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Senin, 30 Januari 2012

Indikator bab Himpunan


Halo semua !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saya mau curhat nih... ceritanya, beberapa hari lalu saya ditanyai oleh seorang siswa, dia bilang "Bu, saya boleh tau soal ulangan ga? kan saya mau les, nah guru les saya nanya, tipe soal gurumu bagaimana ?" ...
Hmm.. nah, sekarang saya bukan mau kasih soalnya... tapi mau kasih daftar indikator yang kita pelajari selama bab VII ini ... supaya, kalian-kalian yang mau persiapan buat ulangan, bisa menerka-nerka soalnya ...
Oiya, file nya pdf, jadi kudu di download ya ... klik aja ...

Selamat Belajar ...
Eh-eh ... saya lampirkan foto jagoan-jagoan saya jaman SD tuh ...:p

Senin, 23 Januari 2012

Guru Les dan Guru Sekolah

Untuk kali ini saya akan menulis tentang sosok guru. Sama-sama guru tetapi agak berbeda posisi. Perbedaan posisi ini, ujung-ujungnya akan membedakan fungsi keduanya. Kebetulan Saya melakoni keduanya .. Sehingga mengetahui beban keduanya hehehe...

Guru di sekolah memiliki beban untuk mencerdaskan ratusan anak dengan beragam keunikan. Ada anak yang cepat menangkap pelajaran, tapi ada juga yang lambat menangkap pelajaran. Beban utamanya adalah menyampaikan seluruh materi yang sudah menjadi kewajibannya, berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah tempatnya mengajar.

Guru yang paling bisa menjembatani kemampuan ratusan anak, biasanya menjadi guru "idola" ... Bagaimana menemukan cara yang bisa diterima hampir semua anak, bagaimana menyajikan soal yang bisa dikerjakan hampir semua anak dan tentunya bagaimana menemukan cara untuk membentuk karakter anak...Guru yang berprinsip "ini cara gue ", harus pergi jauh-jauh dari profesi ini ...hehehe ...

Guru les memiliki beban lebih ringan dari segi jumlah siswa. Biasanya guru les hanya mengajar seorang siswa atau mentok-mentok 3 siswa dalam 1 grup ... Bebannya justru ada pada tujuan les itu sendiri. Anak yang mengikuti les biasanya karena dia tidak mampu mengikuti alur guru di sekolahnyad, dengan kata lain anak yang daya tangkapnya agak kurang. Memang ada kasus dimana seorang anak ikut les untuk mengejar peringkat di kelas, tapi itu sangat jarang ...

Guru yang bisa menemukan cara untuk meningkatkan daya tangkap anak kan menjadi guru les idola. Kalau daya tangkapnya sudah meningkat, nilainya pun akan meningkat... kalau sudah begini, orang tua akan sangat menghargai guru les ini hehehe... Sebaliknya, guru les yang tidak mampu menemukan cara untuk meningkatkan daya tangkap murid les nya harus pergi jauh-jauh dari profesi ini ... karena di kalangan guru les ada istilah "kemampuan lo tercermin dari tarif lo" hahahaha...Kemampuan disini, sangat erat kaitannya dengan jam terbang. Maklum saja, semakin tinggi jam tinggi seorang guru les, semakin peka juga dia menggunakan pendekatan tertentu untuk menangani seorang anak ...

Itulah celoteh saya sore ini.. saya tuliskan pada saat saya sedang bebas dari kedua profesi ini ... alias sedang menikmati sore hari tanpa rasa lelah dari sekolah dan menyambut malam tanpa ada janji bertemu murid les :p

Rabu, 04 Januari 2012

Here I am Lord ...


Sabtu pagi, 31 Desember 2011. Aku bersama 12 orang teman memulai perjalanan menuju puncak gunung Guntur, Garut, Jawa Barat. Kami bersiap-siap di depan mesjid As-Salam. Mulai membagi-bagi barang bawaan. Aku nggak suka merepotkan orang lain ketika ada acara bersama. Maka ketika temanku menawarkan bantuan untuk membawakan sebagian barangku, dengan cepat aku menolaknya. Aku membawa barang yang kubutuhkan, dan akan kubawa sampai ke puncak gunung itu.
Perjalanan dimulai dengan menaiki truk pasir. Perjalanan yang sungguh menyeramkan karena
guncangan di truk itu luar biasa. Setelah turun dari truk, kami mulai menyusuri lereng gunung, melewati curug kecil hingga akhirnya berhenti di bagian curug yang agak lebar. Kami sarapan
sekaligus makan siang disana dan sudah mulai merasa kelelahan. Ketika akan memulai pendakian gunung, seorang teman berkata “sekarang baru mulai … hehehe”. Kami langsung bertatap-tatapan. Berarti dari tadi blom ada apa-apanya??? Aaarrgggh…
Pertama kali melangkahkan kaki, aku masih memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Aku menghabiskan masa kecilku dibukit yang cukup tinggi, bahkan rumahku berada diatas bukit. Karena itu, menaiki bukit dan gunung tidak lagi menantang bagiku J . Aku sempat syok ketika seorang teman akhirnya meninggalkan sebagian barangnya karena tidak lagi kuat membawanya ke atas. Aku membantu membawakan 1 botol air 1,5 liter, tapi sebagian barangnya memang tetap ditinggalkan. Kulihat nafas temanku pun sudah mulai tidak beraturan. Aku berusaha menenangkan diri tapi tetap merasa panik. Bagaimana pun, mereka sudah terbiasa naik gunung.
Aku tau ada aturan tidak tertulis ketika naik gunung. Konon, kita tidak boleh beristirahat terlalu lama supaya kita tetap bisa melanjutkan perjalanan. Sayang sekali, hari itu aku melupakan aturan itu. Berawal dari posisi temanku yang sangat jauh dibawah. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya. Saat itu kuperkirakan puncak tinggal 300 meter lagi. Aku menunggunya cukup lama, hingga aku sempat tertidur. Aku justru terbangun ketika dia memanggilku. Rupanya dia sudah berhasil menyusulku.
Aku mulai melangkahkan kaki. Entah kenapa, kakiku terasa berat sekali. Kira-kira 50 meter sebelum puncak, aku bahkan mati langkah hingga akhirnya terdiam. Otakku yang biasa berpikir cepat untuk mencari tumpuan, seakan berhenti bekerja. Beberapa kali aku salah langkah hingga nyaris merosot. Kacau … .
Empat dari dua belas temanku sudah sampai di puncak. Aku melihat mereka duduk dan mulai merasa iri. Aku mulai merasa putus asa dan akhirnya memilih merebahkan diri menatap ke langit.
Engkau yang menilai hatiku Tuhan … Inilah aku Tuhan … keangkuhanku sejak awal perjalanan ini mungkin telah membuatmu kesal. Maaf … Maaf karena telah meragukan kuasaMu. Maaf karena aku lupa mengandalkan kekuatanMu. Sekarang, puluhan meter dari puncak gunung ini, aku mengakui kesalahanku dan memohon ampunMu … Beri aku kekuatan untuk mencapai puncak itu, sehingga aku bisa menikmati indahnya ciptaanMu.
Aku menatap puncak, lalu ke bebatuan di sekitarku. Begitu cepatnya otakku berpikir hingga aku bisa menemukan pijakan yang tepat. Beberapa menit kemudian, aku sampai di puncak … Perjalanan sejak pukul 07.05 pagi, akhirnya berakhir di 17.00 sore. Terima kasih Tuhan ..