Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Jumat, 21 Mei 2010

Seri 10 : Rilla dan Keceriaan

Cerita berseri ini akan diakhiri dengan tokoh bernama Rilla Raissa.
Saya mengenal Rilla pada bulan Juli 2009. Dia baru masuk kelas VII. Pada awalnya Rilla benar-benar menjadi pusat perhatian teman-temannya karena Rilla adalah anak baru di sekolah ini. Secara fisik pun Rilla dengan mudah bisa menjadi pusat perhatian. Maklumlah, Rilla punya rambut yang super keriting. Sangat berbeda dengan teman-temannya yang berambut lurus.

Di dalam kelas pun Rilla selalu menjadi pusat perhatian. Rilla punya ciri khas lain, yaitu ketawanya yang menggelegar. Jadi, setiap kali ada hal lucu dia akan ketawa sepuas-puasnya, tanpa peduli apa pun yang ada disekitarnya. Paling-paling yang dia pedulikan hanya sahabatnya Elfa. Dia akan melirik ke arah Elfa sejenak, kemudian tertawa lagi.

Di pelajaran matematika, Rilla tidak terlalu istimewa. Nilainya biasa saja. Tapi kalau tentang hal-hal diluar pelajaran, Rilla lah jagoannya. Itu menurut saya. Hal yang paling istimewa dari Rilla adalah rasa percaya dirinya. Rilla sering membuat saya berkata dalam hati ”Ya ampun Tuhan, coba gue bisa kayak dia....”.

Rilla memang punya rasa percaya diri yang luar biasa. Setiap kali temannya mengejeknya, dia akan membalasnya dengan cemberut sesaat kemudian tertawa. Seperti kejadian berikut ini.

Waktu itu kami sedang belajar membuat kurung kurawal untuk materi himpunan. Beberapa anak sangat kesulitan membuat tanda { }. Suatu ketika ada yang bilang ”Bu, boleh ga nyetak pake rambut Rilla aja ?”.
Hahahaha. Seisi kelas langsung tertawa sekeras-kerasnya. Tadinya saya berpikir Rilla akan marah, tapi ternyata dia justru mengatakan ”Boleh aja...nih...” sambil mendekatkan kepalanya pada temannya itu.

Itulah Rilla. Anak yang selalu membuat saya senang memasuki kelas paling ujung itu. Anak yang selalu berhasil membuat saya tertawa setelah ceramah. Anak yang sering mengajarkan saya bagaimana caranya menjadi sahabat. Dan tentunya anak yang mengajari saya menganggap perbedaan sebagai keistimewaan. Thanks Rilla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar