Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Selasa, 30 Desember 2014

MEMORIZING LIKE AN ELEPHANT



                               Ceritanya libur Natal kali ini, gue ngga pergi kemana-mana. Gue punya libur 7 hari yang harus gue habisin di rumah. Maka, sehari sebelum libur dimulai, gue menyiapkan beberapa amunisi untuk mengisi liburan. Salah satunya adalah beli buku untuk dibaca (yaiyalah, masa di makan???). Setelah keliling hampir 2 jam di toko buku, akhirnya gue milih buku berjudul “Memorizing Like An Elephant” karangan Yudi Lesmana. Buku ini berisi beberapa teknik untuk nginget or ngapalin sesuatu.

                               Kalau lo tertarik untuk baca bukunya dan pengen tau isi lengkap bukunya, silakan lo beli sendiri. Untuk kali ini, gue cuma mau berbagi dua hal menarik menurut gue.

                               Hal pertama yang menarik adalah cara mengingat dengan Metode Lokasi. Di metode ini, kita di paksa seolah menaruh / meletakkan hal-hal yang mau kita inget di tempat-tempat yang udah kita inget banget. Yang umumnya kita inget kan benda-benda di kamar or rumah, letak bagian-bagian tubuh kita atau benda-benda yang kita lewatin waktu pulang sekolah.

                               Gue kasih contoh ya. Ceritanya gue kudu ngapalin 12 nama hewan secara urut. T’rus, gue plototin dah tuh isi kamar gue dan gue cari 12 benda yang bisa jadi tempat naro hewan-hewan itu. Kalo ngikutin latihan di buku Om Yudi itu, hewan-hewan yang kudu gue hafalin adalah : kelelawar, tikus, bebek, babi, ayam, orang utan, beruang, landak, musang, kadal, kura-kura, ikan piranha (udah 12 kan ya?)..

Senin, 24 November 2014

GURU TAK (LAGI) MAHA TAHU

 
Gambar hasil karya murid..
Tanpa bermaksud menggurui, kali ini lagi-lagi gue bakal nulis tentang keguruan hehehe…Ini terinspirasi dari obrolan gue dengan salah satu orang tua murid waktu gue bagiin rapot.
Kira-kira begini kalimat beliau “Saya sebenarnya menyayangkan ketika anak saya tidak dapat nilai sempurna sementara ada temannya yang dapat nilai sempurna. Sayangnya karena temannya itu diajari ayahnya yang dosen”. Waktu itu sih, gue ga bisa jelasin panjang-lebar, berhubung antrian orang tua di luar ruangan udah lumayan. Nah, berhubung sekarang lagi ada waktu, gue tulis deh penjelasan lengkap versi gue, versi gue lho. Siapa tau, orang tua itu punya waktu untuk mampir ke blog gue ini huahaha…teuteup…

Menurut gue, di jaman mod-ern ini, sumber belajar memang bukan cuma guru. Setelah gue teliti bertahun-tahun (percayalah…), sumber belajar atau sumber mendapat nilai bagus adalah : guru, buku teman, internet, anggota keluarga dan pengalaman pribadi. Gue jelasin satu per satu yaa…
·         Guru : lo pikir gue lebih pinter dari murid gue? Kaga !!! gue cuma kebetulan lahir duluan dari murid gue, jadi gue tau duluan. Istilahnya mah, gue menang tua doang.

Kamis, 09 Oktober 2014

ATURAN DAN ANJURAN

Pernah ngga sih lo galau di kerjaan lo? Kalo pernah, mungkin lo bisa ngerti apa yang gue rasain saat ini. Jangan lo pikir kerjaan jadi guru ngga pernah galau hehehe… Gue lagi galau tentang matematika, yaiyalah, gue kan guru matematika !!!!

Waktu lo sekolah, pernah kan nemuin soal-soal math yang ada tokohnya. Misalnya “Budi membeli 2 pulpen seharga Rp. 5.000…” atau “Cepot memiliki lahan seluas 3 hektar” dan seterusnya. Pernah kan terbesit dipikiran lo “kaya banget si Cepot ckckck”, iya kan? ngaku aja hahaha…Dulu gue gitu, sampe SMP gue sering sibuk mikirin “kok Tuti rugi? Kenapa Amat disuruh keliling lapangan? Dimana sih Semarang itu?”…Jadi, di saat temen-temen gue udah ngerjain soal, gue masih sibuk mikirin si Tuti, Amat sama Semarang wkwk…

Senin, 29 September 2014

Ngantri Dong

Pernah ngga sih lo dateng ke seminar-seminar atau training motivasi gitu? Trus pernah lihat pembicara ngasih ceramah tentang tradisi antri orang Indonesia VS orang luar negeri? Kalo pernah, mungkin lo pernah ngalamin yang gue alamin dan rasakan ini...

Gue selalu terganggu dengan para pembicara yang ngasih contoh tradisi ngantri di negeri kita sambil ngasih gambar orang antri di kereta atau busway di NEGARA KITA, lalu nampilih orang-orang bule yang lagi ngantri nunggu kereta di NEGARAnya. Kesel ngga sih lo ngelihatnya? Ngga ya?..ya udah, berarti gue doank...wkwk...

Jadi gini, gue kan guru matematika, saban hari ketemu angka dan bilangan...makanya, gue tuh jadi penuh perhitungan. Mulai dari perhitungan uang, waktu sampe saingan...
Selama belasan tahun, gue tuh jadi pelanggan angkot, bis, busway, ojek dan kereta. Tanpa bermaksud ngeledek orang-orang yang ngga bisa ngitung, ini analisa gue kalo lo mau berkendaraan...

Minggu, 07 September 2014

Sapi dan Pabrik

Sore itu aku menghabiskan waktu di teras rumah bersama bapak. Ngobrol ngalor ngidul tentang kebun sawit milik bapak dan sapi yang dia pelihara sejak beberapa bulan lalu. Sambil menikmati tuak dan gorengan aku menceritakan keadaanku di tanah rantau. Bapak mendengarkan dengan seksama dan tampak bangga dengan ceritaku. Tiba-tiba terdengar suara mama dari samping rumah. Begitulah mamaku, dia sering bercerita padahal belum berhadapan dengan lawan bicaranya.
“Si anu nangis-nangis… stress dia” kata mama memulai ceritanya.
Ternyata seseorang di desa tetangga baru saja kehilangan sapinya. Sapinya mati karena sakit. Keluarga itu begitu sedih dengan kejadian itu. Aku bingung mendengar cerita itu. Mengapa mereka harus sedemikian sedih?
“Kalo sapi bapak mati, bapak begitu juga?”
“Mungkin ngga”
“tuh kan, kenapa harus gitu coba?”
“Beda lah. Beda banget donk.”
Bapak mulai bercerita bahwa kehilangan sapi siang itu pastilah awal kemiskinan di keluarga itu. Tidak lama lagi, anak pemilik sapi itu akan menikah. Sapi itulah yang tadinya disiapkan untuk acara tersebut. Kalau sekarang sapi itu mati, berarti si pemilik harus mencari cara mendapatkan uang pengganti. Bisa jadi mereka akan berhutang pada bos berduit, bisa juga menggadaikan lahan sawit miliknya, bahkan bisa sampai menjual lahan milik mereka.
Sebuah keluarga yang akhirnya menjual lahannya, adalah keluarga yang segera memasuki masa-masa sulitnya. Hidup tanpa lahan berarti harus siap menjadi kuli di lahan orang, harus siap tidak memiliki lahan untuk beternak, dan harus siap menjadi miskin.
“memangnya, kalau  dia mau jual lahan, pasti ada yang mau beli pak?”, kutanya pada bapak.
“pastilah. Kalau ngga tetangganya, ya tokke. Tokke itu uangnya banyak, banyak banget. Dia bisa beli lahan kita semua. Nanti dia jual ke orang kota. Kalau udah besar, bakal jadi pabrik”, jawab bapak sambil menghabiskan tuaknya.
Pabrik. Benda itu muncul berkali-kali ketika aku mengikuti sebuah konferensi yang dihadiri puluhan orang muda. Diskusi tentang kemiskinan petani dan keberlangsungan ekologi membuat keberadaan pabrik menjadi obrolan yang menarik.
Orang mulai sibuk membicarakan isu lingkungan. Cuaca yang semakin tidak menentu, iklim yang mulai berubah hingga penyakit yang semakin mudah menyerang manusia. Sebagian kecil orang mulai melakukan banyak aksi untuk memperbaiki kerusakan alam, namun sebagian besar tidak peduli dengan apa yang terjadi pada alam. Terlalu banyak orang yang tetap merusak ciptaan Tuhan.
Mungkin memang seperti hukum ekonomi, tentang penawaran dan permintaan. Produsen akan tetap memproduksi selama permintaan masih ada. Pabrik akan terus memproduksi pakaian, selama manusia masih membutuhkan pakaian. Demikian juga kilang minyak akan terus menggali bumi selama manusia masih butuh bahan bakar untuk mobilnya, motornya, televisinya dan ponselnya.
Manusia mulai enggan menggunakan anggota tubuhnya untuk memenuhi kebutuhannya. Atas nama modernitas dan efektivitas, peran kaki dan tangan untuk bergerak semakin berkurang. Untuk apa membuang waktu sepuluh menit menuju halte, kalau masih ada sepeda motor? Untuk apa bersusah payah memakai kipas angin, kalau sudah ada penyejuk ruangan? Untuk apa pula repot memasak kalau sudah ada makanan instan? Toh, hal-hal yang lebih modern dan praktis bisa menaikkan gengsi seseorang.
Entah sejak kapan kata “gengsi” diperkenalkan. Beberapa tahun belakangan ini, kata itu begitu sering lalu-lalang di telingaku. Demi gengsi, orang bisa berganti-ganti ponsel tiap bulan, demi gengsi orang menghabiskan ratusan ribu untuk segelas kopi, bahkan demi gengsi orang rela bergaya hidup melarat asal punya mobil. Entah berapa juta manusia harus dikorbankan demi gengsi ini?
Ponsel bukan ciptaan Tuhan. Keberadaannya adalah hasil karya manusia, yang juga ciptaan Tuhan. Ponsel yang kita pegang mungkin sangat menarik, fitur-fiturnya menggoda dan harganya tidak terlalu mahal. Tapi pernahkah kita menggenggam ponsel dalam keadaan mati dan menatapnya dalam beberapa menit?
Ponsel yang kita pegang dibuat di pabrik, sebuah bangunan yang berdiri kokoh di atas tanah. Tanah tempat bangunan itu berdiri dibeli oleh seorang pebisnis dari orang lain. Orang lain itu dulunya adalah seorang petani yang mengolah tanah itu. Kini orang lain itu adalah pekerja di pabrik itu. Apa pun pekerjaan orang lain itu di pabrik itu, yang jelas dia adalah pekerja. Orang yang menafkahi keluarganya dengan menunggu tanggal gajian. Berapa orang yang bernasib sama dengan orang itu? Banyak, sebanyak barang yang harus diproduksi pabrik untuk memenuhi keinginan manusia. Keinginan manusia yang juga ciptaan Tuhan itu menjadi penyebab ciptaan Tuhan yang lain dikorbankan.
Apakah kita terlibat dalam memiskinkan petani dan merusak alam? Tentu. Oleh karena itulah ketika kita punya kesempatan untuk mencintai ciptaan Tuhan, mari kita gunakan kesempatan itu. Tunggulah sampai ponsel kita rusak, baru menggantinya. Dengan demikian kita pun membuat pabrik menunggu kita sebelum memproduksi ponsel baru, dengan demikian, pebisnis pun akan menunggu kita sebelum membeli tanah yang baru, dan dengan demikian tanah itu punya waktu lebih lama untuk bernafas sebelum beton menimpa dirinya dan membuat nafas kita sesak.



Senin, 01 September 2014

Mendamba Buku

Siang ini, hari ini, bulan ini, gue mau curhat... atau mau ngomel-ngomel, atau mau ngeluh, atau mau apa kek namanya... yang jelas, gue kudu ngungkapin apa yang gue rasain saat ini... moga-moga gue tetep hidup aman setelah gue nulis ini di blog pribadi gue...

Lo tau kerjaan gue apa? Guru !!!!... anda benar, gue guru... anggaplah gue guru abal-abal karena hari ini gue mau ngomel-ngomel sama angin...
Lo tau tugas gue ngapain ? Ngajar lah... ngajarin murid...ratusan murid..
Sebagai guru di pinggiran Jakarta, gue terbiasa ngajarin murid-murid yang membawa buku paket ke sekolah (untuk kasus buku  ini, gue selalu kalah sama guru-guru yang punya kemampuan ngajar walau anak2nya ngga bawa buku).

Sebagai guru di sekolah yang menerima dana BOS, saat ini gue lagi galau... galau parah... lo tau kenapa? karena buku dari pemerintah belom nyampe ke sekolah gue... serius, gue beneran serius...
Gue sebenernya sangat berterima kasih ke sekolah tempat gue ngajar, kenapa? karena sebenernya gue bisa meng-copy apa pun untuk keperluan ngajar... tapi, jauhhhhh di lubuk hati gue... gue sedih bingittttt... kenapa?... begini ceritanya...

Senin, 04 Agustus 2014

Lihatlah Lebih Dekat

Tulisan ini sebagai pengingat untuk diri sendiri, bahwa Tuhan pernah hadir dalam bentuk manusia-manusia bernama Lindu, Amanda, Bertha, Elda, Anne, Adrian, Wol dan Merna... yang menjadi teman di tempat yang jauh dari rumah sendiri.
Menuju Malaysia

Perjalanan ini seumpama "kecelakaan". Tadinya cuma mau transit di Kuala Lumpur, ternyata jadi main 4 hari disana. 
Mendengar nama "Malaysia" ngga pernah sekalipun saya berniat berkunjung kesana. Sering baca-baca artikel tentang wisata disana, dan saya tetap berpikir Indonesia lebih indah, jadi ngapain jauh-jauh kesana?. Apalagi kalo denger berita tentang klaim-mengklaim kesenian atau apa pun, bawaannya sebel, makanya ngga berniat kesana. Inilah cerita kunjungan dadakan 4 hari itu...yang mengubah pikiran2 itu..

Hari 1 :

Berangkat dari Bandara Cochin, India menuju Kuala Lumpur International Airport, Malaysia bersama 8 teman lainnya, 4 diantaranya warga negara Malaysia. Dari bandara menuju apartemen seorang temen bernama Lindu di daerah Selangor. Di perjalanan itulah saya pertama kali mendengar cerita tentang diskriminasi unik disana. Menurut cerita teman, di daerah itu ada semacam pembagian daerah-daerah... ada yang mayoritas Melayu, India atau Tionghoa. Karena kami tinggal di daerah yang mayoritasnya Tionghoa, aroma Idul Fitri tidak terlalu terasa, bahkan rumah-rumah makan tetap buka seperti biasa.
Malam hari, kami "dipaksa" mengunjungi Twin Tower. Sebenarnya saya bukan penikmat mall atau bangunan modern lainnya, tapi kalimat sakti teman saya membuat saya beranjak juga, katanya "twin tower itu hasil karya anak negerimu, kamu kunjungilah".

Hari itu diakhiri dengan tidur ala barak militer dan menyenangkan juga... 

Kamis, 22 Mei 2014

Liburan Dadakan Day 3 : Grand Palace dan Wat Po

Udah hari ke tiga ...
Di kota ini banyak banget kuil dan istana... Hari ini, pengen berkunjung ke Grand Palace dan Wat Po, kenapa? karena deketan mereka berdua...
Pertama nyampe, langsung ke Grand Palace..Cari-cari pintu masuk dan untungnya lolos dari aturan tata busana... you know lah, kalo ke kuil ngga boleh berpakaian terbuka, kalo terbuka akan dikasih semacam sarung untuk nutupin bagian pundak kebawah dan paha ke atas itu hehhe...
Tadinya, mau menyusuri semua tempat yang ada di Grand Palace itu, tapi pas lihat tiket masuknya yang 500 bath, langsung kicep wkwkwk...oiya, 500 bath itu = Rp. 200.000... Akhirnya, gue memilih untuk keliling di sekitar Grand Palace aj... ngga masuk ke museum, ngga masuk ke kuil, cuma di pelataran aja...

Jumat, 25 April 2014

Selamat (Hampir) Ulang Tahun Bro ...

Me with my youngest brother n 2010
Sambil ngawas ujian, lihat-lihat kalender...mengamati angka-angka dan berusaha mengingat-ingat agenda sampai bulan Mei... mata mengarah ke tanggal 11 Mei... my brother's birthday ...  dia hampir 25 tahun, kalo kata undang-undang, udah dibolehin menikah wkwkwk... Nah, ini ocehan gue buat lo bro !!!

Mama berulang kali ceritain begini "waktu kamu masih kecil, mama sama bapak kan kerja..ke pasar, kadang nemenin opung ke sawah.. kadang nemenin opung satunya lagi ke ladang. Nah, kamu yang jagain ademu yang paling kecil itu. Dia masih kecil, jadi harus dijagain. Kamu gendong kemana-mana, sampai mama sama bapak pulang...walaupun waktu itu badanmu pun masih kecil "

Yaa... dari 2 ade yang gue punya, tugas gue jagain lo... karena ade yang satunya cuma beda 11 bulan sama gue, dia udah bisa main sendiri, pulang ke rumah sendiri... tapi lo, harus gue jagain... itu tugas gue, kata nyak-babeh...Pernah pisah karena gue sempet tinggal bareng Opung dan lo ikut nyak-babeh, tapi pada akhirnya kita ngumpul lagi sekeluarga.

Teringat jaman kuliah, menjelang ultah gue yang ke-20... biasalah, perubahan dari anak belasan tahun, menuju puluhan tahun, ada-ada aja obrolan ga jelasnya... waktu itu beberapa gadis bodoh merayakan ultah gue di warung serabi, bandung...
Teman : Sa, akhirnya lo bakal memasuki umur tua... 20 tahun !!!!...*Langsung disorakin gadis-gadis bodoh lainnya.
Sarma : iya,.. tau...
Teman : Lo udah boleh kawin, kapan lo kawin ?
Sarma : gila !!! ngapain gue mikirin begituan ?
Teman : Gapapa... mikir sekilas aja, ga usah terlalu serius..
Sarma : mungkin pas gue 27 tahun...
Teman-teman : kenapa ???
Sarma : Karena waktu umur segitu, ade gue yang paling kecil udah 22 tahun, pas dia udah lulus kuliah, pas semua anak nyak-babeh gue udah mandiri...
Teman-teman : Ooooo...*sambil menyantap serabi imut...

Siapa sangka, kalo obrolan ga penting itu seolah masuk ke alam bawah sadar. Jalan hidup kita, bikin lo belom ada tanda-tanda lulus kuliah pas umur 22 tahun..tapi, keluarga kita tetep enjoy-enjoy aja... toh,  tiap orang punya jalannya masing-masing... tugas kita cuma melaluinya dengan bersyukur ....

Beberapa tahun ini mungkin jadi tahun yang paling mendekatkan kita sebagai kakak-adek... di saat nyak-babeh memilih menghabiskan masa tua di kampung halaman, sementara kita masih memilih tinggal di kota panas ini...
Kita berbagi mimpi, pemikiran dan ide-ide ga penting berdua ... bisa ngobrol berjam-jam tentang masa lalu maupun masa depan ... Lo dengerin pemikiran gue tanpa menghakimi, dan gue dengerin pemikiran lo tanpa menghakimi juga... ya, kita memang ngga pernah bercita-cita menjadi hakim...

Lo jadi temen gue waktu gue seneng, dengerin pengalaman-pengalaman gue waktu travelling, ikut seneng kalo gue dapet banyak kado, ikut seneng kalo gue dapet duit dadakan...
Lo jadi temen gue waktu gue sedih, menjadi satu-satunya orang yang melihat waktu gue nangis sejadi-sejadinya karena dilukai. Luka yang belum sembuh sampai lamaaa...Luka yang bahkan mama aja ga bisa paham..,ya, lo bisa paham karena lo memilih untuk mau memahami.
Lo jadi temen yang bukain pintu kalo gue pulang subuh, tanpa curiga, tanpa bertanya ... percaya saja.
Lo jadi temen yang mau nganter atau jemput gue di bandara dan bilang "kaka bisa nyampe lamaaaaa kalo naik angkutan"..
Lo jadi temen yang mau makan segala jenis eksperimen gue di dapur..
Lo jadi temen dalam banyak hal ... Sementara gue? Gue cuma ngejalanin hari-hari sebagai kakak yang ngelihat kalo lo mulai mandiri. Mungkin gue terlalu bodoh untuk bisa mencari definisi yang tepat tentang kemandirian, yang gue tau mandiri adalah tidak merepotkan orang lain. Dengan bangga gue bilang ke banyak orang kalo "dia beli laptopnya sendiri", sekedar ngasih tau kalo lo mulai mandiri.

Sekarang, menjelang lo ultah, mendadak gue inget banyak hal... terutama peristiwa-peristiwa waktu kita tinggal serumah berdua doank...mungkin ngga banyak orang yang akan ngerti apa yang gue rasain... mungkin ilmu-ilmu psikologi lo pun ga bisa menjelaskan apa yang gue rasain, emang susah...yang pasti as I promised to Mom and Dad, that I'll take care of you until you can walk with your own feet, I promised since I was a kid and you were a toddler ... let the universe show her power to show that even a kid could keep her promise for years...

Selamat menjelang ulang tahun bro...

*ditulis beberapa saat setelah selesai ngawas ujian



Rabu, 23 April 2014

Liburan Paskah : Pantai Mutun

Pantai Mutun

Untuk kali ini, saya akan cerita tentang tempat liburan beberapa hari lalu, yaitu Pantai Mutun. Pantai ini terletak di Lampung, agak susah (atau mungkin tidak ada) mencari angkutan umum menuju kesana. Sepanjang perjalanan, yang saya lihat cuma mobil plat hitam atau plat kuning yang di carter menuju pantai itu. Tidak terlalu jauh dari pusat kota, sekitar empat puluh menit dari Bandar Lampung.

Setelah sampai disana, saya melihat pemandangan layaknya pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi. Berputar-putar, biasa saja... tapi kalau melihat jauh ke ujung, pemandangannya keren. Kita bisa melihat pulau-pulau lain di seberang pantai itu, bagus. Di Pantai itu juga sudah ada beberapa arena bermain air, mulai dari jetski sampai banana-boat...

Rabu, 19 Maret 2014

Badai Pasti Berlalu

Ini cerita nostalgia... cerita masa sulit ... ketika hidup terasa begitu pahit ...hueekkk... *muntah dulu ahhh...
Jadi inget cerita ini setelah cerita ngalor-ngidul bareng temen-temen. Cerita tentang seorang teman yang saat ini tampak begitu sulit, harus bekerja sambil kuliah ...di usia yang tak lagi muda ... Tapi, buatku, ini bukan soal usia, ini soal perjuangan ... sama kayak waktu aku kuliah dulu ...

Aku pernah ada di masa yang benar-benar sulit. Waktu itu semester tiga, baru semester tiga kawan !!!!... umur baru 18 tahun, masih bau kencur dan cuka... seingatku, waktu itu keluargaku ada di masa yang sulit, dua ade masih sekolah dan perekonomian lagi payahhhh... aku sampai di bagian "harus nyari duit sendiri atau cuti kuliah dulu"... Bukan uang kuliah yang kupikirkan, karena aku mendapat beasiswa di kampus itu. Aku pusing dengan biaya hidup ... huffttt...

Seorang kakak kelas meningatkanku bahwa sekali kita pilih cuti, langkah kita udah tertahan banyak, susah untuk mengejar ketinggalan. Akhirnya, aku pun memilih daftar ulang dan melanjutkan semester 3 ... tanpa pegang uang sama sekali dan sadar kalau ortu ngga akan kirim uang ... nekad !!!!

Selasa, 11 Februari 2014

Saatnya NgomPol or NulPol

Dapet ide nulis tentang beginian waktu bales-balesan komen sama seorang teman. Sebenernya sering ngobrol tentang beginian sih, tapi hari kemaren… entah kenapa pengen aja nulis tentang semua yang ada di kepala. Setelah biasanya ngobrol sepotong-sepotong dengan berbagai makhluk, nah kali ini pengen ngomongin semuanya *maruk…

Sebelum baca ke kalimat-kalimat OPINI, pastiin dulu kalo elo tau FAKTA tentang gue …
·         Gue bukan ahli politik. Gue kuliah bidang eksakta, yang kata orang, selalu ngomongin angka. Kami dibentuk untuk mengambil kesimpulan berdasarkan data, bukan perasaan. Suatu kali ada pelatihan yang terdiri dari 4 modul, nah satu-satunya modul dimana gue GAGAL TOTAL adalah modul POLITIK, sampe-sampe fasilitator gue geleng-geleng lihat gue…wkwkw…
·         Gue ngga pernah baca buku-buku berbau politik njelimet. Kayaknya, diantara ratusan buku yang ada di perpustakaan mungil gue, buku yang berbau politik cuma yang berjudul “KPK VS Polri”, itu pun blom gue baca sampe sekarang !!!
·         Gue ngga terlibat di partai mana pun… satu-satunya keterlibatan gue di parpol, ya pas pemilu…Jadi, jangan mikir kalo gue lagi melakukan kampanye hitam atau kampanye putih di blog kesayangan gue ini.. Blog gue ini terlalu keren, kalo dijadiin tempat kampanye buahahha…

Beginilah PENDAPAT gue tentang pemilu, karena kan udah mau pemilu…
·         Ikut PEMILU itu wajib bagi semua WNI yang udah punya KTP.. dulunya gue pikir ikut PEMILU itu hak, ehhhh… taunya wajib. Saking wajibnya, sampe ada yang bilang Golput itu Haram… oiya, sekedar info, gue penganut Katolik, di agama gue ngga ada istilah haram, adanya najis..lho?!... *kayaknya mirip sih wkwkwk…
·         Siapa yang mau elo pilih di pemilihan calon legislatif nanti, itu 100% HAK elo, ngga ada campur tangan siapa pun. Bakalan ada tangan yang campur-campur, kalo elo ngga dateng ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan kertas elo itu dicontreng sama siapa pun yang ada disana, sesukanya dia.

Senin, 10 Februari 2014

Curhat Ulangan

Ini obrolan saya dengan seorang murid saya di sebuah meja piket pada saat saya menjadi guru piket di hari yang memang perlu guru piket...
Murid : Bu, saya nih pusing Bu... ulangan melulu..
BuSar : Oya, masa sih?
Murid : Hafalannya banyak banget, saya hampir putus asa nih...
BuSar : Oya, segitunya ?
Murid : Iya Bu. Ibu ngga ngerasain sih..
BuSar : Lho... saya kan sekolah dulu baru bisa jadi guru.. saya pernah ngerasain donk..
Murid : Ibu dulu pusing ngga?
BuSar : Iya donk...
Murid : Terus ibu ngapain ?
BuSar : Tidur...

Rabu, 05 Februari 2014

Bencana atau Rencana ?

Baru baca-baca berita tentang banjir di Jakarta dan erupsi gunung Sinabung di Karo. Ada yang nulis kalo banjir di Jakarta itu bukan bencana, karena sudah rutin dan penyebabnya sebagian besar karena manusia. Mulai dari bangun tempat tinggal di tempat yang salah, sampai ke kebiasaan buang sampah di tempat yang juga salah... Hmmm,,, agak setuju.

T'rus gimana dengan yang di Karo ? menurut saya itu murni bencana. Sesuatu yang terjadi diluar kendali manusia. Ngga ada manusia yang merencanakan :)...
Baca berita tentang para pengungsi. Katanya, tiap pengungsi mendapat jatah hidup, 50.000 tiap kepala keluarga. Kayaknya lumayan ya hehehe.... padahal ngga. Saya yakin juga begitu, sama sekali NGGA lumayan !!!!

Selasa, 28 Januari 2014

Mungkin Logika Saya Yang Salah

Pernah merasa logika kita berbeda dengan logika orang lain ? Kalau saya bukan pernah lagi, tapi sering... makanya saya pikir, tampaknya logika saya yang salah...tapi karena menurut logika saya itu benar, maka saya gak mau mengubahnya hahaha...

Salah satunya ketika saya ngobrol dengan beberapa hari lalu..
Sarma : Saya ngga suka diatur sama orang..kalo ngikutin peraturan yang berlaku iya. Tapi kalo ada orang ngatur saya, saya ngga suka..
Teman : Lah... ngga bisa gitu...ya harus mau diatur... masa maunya ngatur doank ????
Sarma : Saya ngga suka ngatur orang lain..
Teman : Lah, ngga suka diatur berarti suka ngatur ...
Toengggg.... tuh kan logika saya beda... saya kan cuma bilang ngga suka diatur orang, kenapa jadi saya yang dianggap suka ngatur orang .... itu ngga masuk di logika saya... udah saya renungkan berkali-kali tapi tetep aja saya ngga nyambung wkwkwk....

Selasa, 21 Januari 2014

Sinabung ... Se-propinsi

Tiap hari lihat berita tentang Sinabung, gunung yang meletus terus-terusan, udah berbulan-bulan. Puluhan ribu orang jadi pengungsi sampai berbulan-bulan, errrrr ...

Sebagai orang dari propinsi Sumatera Utara, kayaknya saya punya beban moral tentang kata "Sinabung". Sering kali ketemu orang dan nanya "kampungmu deket Sinabung ya ?". Hmm... sekedar info, saya belum pernah kesana dan kampung saya memang jauh dari sana. Mungkin butuh sehari perjalanan dari kampung saya, untuk sampai ke Sinabung... mungkin lho.. karena saya memang belum pernah kesana.

Pertengahan 2013, saya memang berencana ke gunung Sinabung.. waktu itu mikirnya, "ke gunung di pulau Jawa udah beberapa kali, masa ke gunung di sumatera belom pernah ?". Tapi keadaan berubah, rencananya batal. Karena sejak September, berita tentang Sinabung ada terus. Makin banyak pengungsi karena letusan gunung itu... Mulai deh mikir "penduduk lokal aja ngungsi, apalagi gue ???" Akhirnya saya memang tidak jadi kesana, kaki diarahkan ke danau Toba, danau terbesar di Indonesia :)...

Kamis, 09 Januari 2014

Posting Pertama di 2014

Akhirnya buka blog ini lagi... udah lamaaaaaa banget. Setahun !!!

Tahun lalu agak males nulis, banyak alasan, mulai dari koneksi internet sampai waktu yang gila-gilaan... Mudah-mudahan tahun ini bisa lebih produktif... ngumpulin cerita sehari-hari supaya bisa bertahan lebih lama.
Itu dulu, karena udah mau jam pulang wkwkwk..