Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Jumat, 13 Desember 2013

Wonderful Indonesia


Seorang teman punya beberapa tiket gratis untuk nonton acara tentang pariwisata Indonesia... kalo ngga salah judulnya "Apresiasi Wonderful Indonesia 2013". Saya ngga terlalu tertarik bahas acaranya, karena pasti sudah banyak media yang menulis tentang itu. Pokoknya disana hadir beberapa artis : Lea Simajuntak, David Naif, Dwiki Darmawan, Monita. Nongol juga pak Wagub Ahok waktu menandatangai kerja sama Kota Tua Jakarta dan Kota Tua Melaka. Tentu saja yang paling menarik buat saya adalah para artis lokal... para pemain Sasando Rote, para penari dari pulau Rote, para penyanyi lagu-lagu daerah dan lain-lain.

Selasa, 19 November 2013

Pub.Dok

Bersama 8 rekan kerja 

Berhubung kerjaan udah beres, saya mau cerita tentang tim saya yang udah hampir bubar. Lah ... ga pernah di bentuk kok udah mau bubar ??? wkwkwk...
Ceritanya, sekitar dua bulan lalu, saya menerima beberapa nama yang akan menjadi rekan kerja saya untuk sebuah proyek besar... sebesar beruang ... bisa jadi sebesar gedung ... gedung pencakar langit, TOWER !!!!
Seperti biasa, saya melakukan ritual-ritual untuk membentuk sebuah tim... ini penting lho .. penting banget... karena tim yang solid bisa membuat kerjaan lancar.
Seperti biasa juga, saya akan mulai mengamat-amati... cukup beberapa menit, udah teramati... yaiyalah, wong cuma 8 orang.!!!... Akhirnya, tim ini pun terbentuk... 9 orang, udah termasuk saya, itu kalo saya dianggep sih :p..

Tugas kami adalah mempublikasikan dan mendokumentasikan sebuah kegiatan, kegiatan besar, sebesar beruang ... bisa jadi sebesar gedung ... gedung pencakar langit, TOWER !!!! *kayaknya diulang nih..
Maka, mulailah design-design dibuat... mempertimbangkan banyak hal.. kadang ribut karena warna, kadang ribut karena tulisan, seringan sih ribut karena laptop lemot :))
Perlahan tapi pasti, anggota tim ini makin saling mengenal. Semakin mengetahui kekurangan dan kelebihan anggota lainnya. Ada yang lebih tua, lebih tinggi, lebih bagus kameranya, lebih bagus laptopnya, lebih kalem, dsb. Ada juga yang kurang sabaran, kurang kreatif, kurang waktu, dan kurang niat wkwkwk... Tapi, biarlah ... yang penting tiap orang saling menghargai dan menghormati, itu sudah cukup buat saya...

Untuk banyak hal, mereka sangat bisa saya andalkan. Saya cukup membagi jadwal, membagi posisi pekerjaan, membagi ocehan, jadi deh...rebessss...Tapi, ada hal tertentu juga yang memang harus saya maklumi, yaitu : mereka ga bisa bangung pagi !!!!!...Kalo udah tugas pagi, pasti saya deg-deg an... seringan sih, akhirnya saya kerjakan sendir aj. Tapi, gapapa... namanya juga kerja bareng anak-anak. Mereka masih muda, masih banyak waktu untuk bertobat... kalo saya kan udah uzur... harus jaga pahala :))..

Seingat saya, saya hanya pernah mengumpulkan mereka 1 kali. Hanya SATU kali itu mereka saling menatap-natap *cieeeee...apa sih.. tapi, saya tetap merasakan, bahwa mereka semakin dekat. Bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga soal pertemanan. Mereka mulai saling pinjam-meminjam alat, bertukar-tukar pekerjaan, dll. Puncaknya adalah ketika seorang anggota kami kena musibah, kameranya berpindah tangan :( ... kami semua panik, bingung, prihatin dan perasaan sedih lainnya. Bahkan, koordinator kami sampai lupa mingkem. Ketika di penghujung acara ada ajakan untuk foto bareng seluruh panitia, kami ngga tertarik lagi. Kami sibuk mencurigai siapa pun, sibuk mendengar informasi yang muncul.

Itu dulu cerita kali ini. Ditulis supaya kenangannya bisa bertahan lebih lama. Supaya bisa belajar lebih lama.

Untuk ke 8 rekan saya... Senang bekerja bersama kalian :)


Senin, 23 September 2013

Naruto di Buniayu

“Ya Tuhan pencipta semesta, temani aku selama perjalanan ini. Jika aku terpeleset hingga terjatuh, bantulah aku untuk tetap tersadar. Jika kepalaku kejedot, bantulah aku untuk tetap tersadar. Biarlah aku tetap sadar supaya bisa menyadari betapa kecilnya aku di antara ciptaanmu yang besar…”

Belakang : Synthia, Cina. Depan : Sarma, Shinta, Monic, Priska

Ini cerita tentang perjalanan dan pelarian. Cerita tentang 6 perempuan yang tiba-tiba sudah berada di sebuah goa di Sukabumi. Namanya Goa Buniayu, persisnya ada di daerah Nyalindung, Sukabumi propinsi Jawa Barat. Kami berenam : Sarma, Monik, Priska, Shinta, Synthia, dan Cina.
Kami memulai “petualangan” sekitar pukul 10 pagi. Lengkap dengan kostum ala Naruto dan ditemani 2 orang pemandu. Ketika berangkat, tentu kami sangat sumringah, maklum saja, kami anak gunung, bukan anak gua hehehe…
Perjalanan di mulai dari mulut gua, yang terletak kira-kira 200 meter dari pos. Kami harus turun secara vertikal sedalam 18 meter dari mulut gua. Tampaknya hal biasa, tapi ternyata tidak. Ketika kita harus memasuki sebuah tempat dimana kita tidak bisa berpijak dan tidak bisa melihat apa-apa, ternyata sungguh mengerikan. Jantungku seolah berhenti, ketika bergantungan di tali mungil itu. Untunglah kami semua tetap waras ketika sampai di dalam gua, walaupun tetap mengelus-elus dada hahaha…
Kami mulai menyusuri gua, melihat begitu banyak keajaiban. Stalagmit, stalagtit, pasir berkilau, sampai sungai di dalam gua. Aku begitu kagum dengan isinya, bukan hanya karena keindahan bentuk benda-benda itu, tapi juga karena proses terbentuknya keindahan itu. Bayangkan, selama ribuan tahun, tetesan air membentuk bongkahan-bongkahan karst itu.
kompor dengan bahan bakar air :)

Di dalam gua itu, aku melihat stalagtit berbentuk wortel, kanopi, ikan pesut, sampai stalagtit yang bisa berbunyi seperti angklung. Kulihat juga pasir-pasir seperti Kristal yang berbentuk istana. Kurasa, orang-orang India pernah ke gua ini, sehingga terpikir untuk membangun Taj Mahal. Mungkin …
Didepan pasir kristal
Seperti batu karang, ternyata stalagtit dan stalagmite sangat kuat. Tanpa sepengetahuan pemandu, aku beberapa kali memukul-mukul dinding-dinding dalam gua, hasilnya ? tanganku luka, lecet. Aku pun sempat penasaran dengan kekuatan batu-batu di tanah, ternyata kuat. Tidak pecah walaupun aku melompat-lompat di atasnya. Kagum dan bingung, mungkin kata sifat yang tepat untuk menjelaskan perasaanku saat itu.
Setelah berjalan sekitar 2 jam, kami mulai memasuki medan yang cukup menyebalkan. Lumpur mulai bertebaran dimana-mana. Kemiringannya pun semakin tinggi. Mulai susah untuk berjalan. Beberapa kali kami terpeleset. Tapi, kami masih bisa tertawa dan menganggap itu rintangan biasa.
Selama perjalanan, aku lebih sering berada persis dibelakang pemandu depan. Alasannya sederhana, karena aku takut gelap dan hanya pemandu yang membawa headlamp. Suatu ketika, di areal yang sudah lumayan sulit, aku duduk menunggu teman-teman lain. Kulihat, pak pemandu itu melakukan ritual khusus, mungkin memohon pada Sang Pencipta agar semuanya baik-baik saja. Gerakan tubuhnya, dan komat-kamit mulutnya mengingatkanku ketika Bapakku hendak melewati sungai yang besar. Sejenak aku bengong dan mulai berpikir bahwa kami akan melewati sesuatu yang sangat sulit.
Setelah kami semua berhasil meraih tempat pak pemandu depan, kami istirahat sebentar. Setelah itu, benar-benar melelahkan. Kami melewati sebuah celah sempit, terjal dan dibawahnya sungai yang katanya dalam. Aku bersusah payah melewati celah itu. Menurutku, itulah rintangan terberat yang kuhadapi selama perjalanan di gua itu. Mendebarkan. Salah langkah, gawat …Cina bahkan mengatakan “itu serius ? gue baru ngelewatin itu ?”.  Sesaat setelah berhasil melewati celah itu.
Jalur-jalur berikutnya semakin sulit, semakin menyebalkan, semakin melelahkan dan semakin mendebarkan. Langkah kami semakin pelan dan suara kami semakin hilang. Jalur dimana kami melewati tanjakan berlumpur, tidak akan kulupakan.
Dalam setiap perjalanan, aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain. Aku tidak mampu menolong orang lain yang kesusahan. Menurutku, aku memang tidak ditakdirkan untuk menolong rekan seperjalananku. Sama seperti kejadian siang itu. Aku melihat beberapa kali teman-temanku terjatuh dan berteriak karena tidak sanggup untuk melangkah. Tapi, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya menunggu pemandu membantu mereka satu-persatu.
Aku melihat kepanikan Cina ketika melewati celah berbatu, melihat kepanikan Shinta ketika di lumpur, dan melihat bagaimana tubuh Synthia di seret dengan kasar oleh pemandu karena tak ada lagi cara untuk membantu dia. Dan aku, tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tidak kuat untuk menarik siapa pun. Menyedihkan. Dalam perjalanan itu, aku hanya bisa melakukan dua hal. Berjalan di depan dan menunjukkan jalur mana yang lebih nyaman dilalui serta membawakan sepatu boot teman-temanku ketika melewati jalur berlumpur. Itu yang kubisa L.
Ketika di tanjakan berlumpur, aku dan Cina duduk cukup lama. Menunggu teman-teman melewati lumpur sialan itu. Susah sekali. Maju satu langkah, terpeleset tiga langkah. Dengan susah payah, mengangkat kaki yang tertanam di lumpur. Kami melihat mereka begitu lelah, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya menunggu.  Ketika tiba giliran Priska, kami benar-benar cemas. Lama sekali dia ada di dalam lumpur. Kakinya tidak bisa digerakkan. Monik berusaha menggali lumpur dikakinya, tapi telapak kakinya seolah menempel di lumpur. Aku begitu sedih ketika kudengar dia berteriak “gue mau nangis … gue gak bisa. Gak tau harus ngapain. Gue mau nangis …”. Ah Tuhan, bukan untuk itu kami datang.  Kuarahkan pandanganku ke tempat lain untuk menenangkan diri.
Menurut perkiraanku, kami butuh 40 menit lebih untuk melewati lumpur itu. Setelah semuanya bebas, rasanya begitu lega. Bersiap untuk rintangan berikutnya. Lumpur terus ada sampai di pintu gua. Rintangan terakhir yang harus kami lewati adalah tangga bambu. Harus kami panjat bersama dengan lumpur berat di tubuh dan rasa cemas kalau-kalau tangganya roboh. Di tangga inilah, kulihat teman-teman di seret. Kurasa itu sakit.
Menunggu teman-teman. Kubisikkan pada Cina “gue yakin lihat cahaya”. Dengan ngos-ngosan dia ikut melihat ke arah yang kutunjuk. Tampaknya dia tidak percaha hehehe. Aku melangkah beberapa tapak lagi, dan kulihat ada warna favoritku, hijau !!!!... Aku yakin itu pohon. Kukatakan pada Cina supaya dia bergegas, karena aku sudah melihat pohon. Walaupun berada puluhan meter di atas kepalaku, aku yakin itu pohon. Kusampaikan kabar baik itu ke mereka semua. Berteriak-teriak. Lupa kalau di gua tidak boleh gaduh !
Seperti cerita-cerita petualangan, semua akan indah pada waktunya. Semua akan bahagia setelah petualangan selesai. Begitulah perasaan kami. Begitu bahagia ketika akhirnya berkumpul di atas tanah dan melihat langit. Setelah empat jam lebih berada dalam kegelapan, akhirnya bisa melihat terang lagi. Gembira !!!!
Gembira !!!

Sabtu, 10 Agustus 2013

Libur Lebaran : Pulau Harapan

Pulau Harapan dari dermaga menuju pulau
Lebaran tahun ini, saya dan beberapa teman menghabiskan waktu di Pulau Seribu, sebuah kawasan di provinsi DKI Jakarta. Di kawasan Pulau Seribu ada banyak pulau, dan kami memilih menginap di Pulau Harapan.
mari bermain
Disana kami melakukan beberapa kegiatan. Sejujurnya, saya bukan penikmat biota laut. Saya lebih suka berenang-renang sampai kelelahan. Maka di saat teman-teman ber snorkelling ria, saya memilih main air. Sesekali sih.. melihat-lihat ke bawah laut dan memperhatikan hewan dan tumbuhan laut...tapi, main air adalah pilihan terenak :) ...


Berenang. Girang !!!
Selain main air, aktivitas lain yang menyenangkan bagi saya adalah naik kapal. Kami berpindah-pindah dari pulau yang satu ke pulau lainnya dengan kapal selama berjam-jam... dan saya senang !!!!! ombak, angin, langit ... semuanya menyenangkan ... tak peduli lagi pada kulit yang minta tolong hehehe...
Naik kapal sampai keriting dan hitam


Aktivitas yang tak kalah menyenangkan adalah main pasir. Lempar-lemparan pasir, bentuk bangunan, guling-guling di pasir, sampai berenang di pasir... asekkkkkk...
berenang sampai matahari tenggelam :)

main pasir.... bahagia :)














Sekian dulu isi cerita liburan kali ini... sampai jumpa di cerita liburan berikutnya :)
cari tempat lain..Indonesia luas !!!!

Selasa, 06 Agustus 2013

Iya, Saya Nakal ..

Bahkan di depan makam, kami bisa berdebat :D
Aku mengenalnya tahun 2008. Ketika melihatnya, aku langsung teringat bapakku. Hmmm… berkulit putih, perut besar, jalannya pelan, pakaiannyan santai dan tatapannya sayu. Namun, ketika bicara dengannya, gambaran tentang bapakku langsung menghilang, berganti dengan dosenku semasa kuliah. Hmm… kami terlalu sering tidak sependapat, atau butuh waktu untuk sependapat.
Sama-sama bekerja di bidang pendidikan, membuat kami sering berdiskusi tentang hal-hal beraroma pendidikan. Kusimak baik-baik apa yang disampaikannya tentang cara menangani siswa, sering kucatat, sebagai referensi dari yang sudah senior. Dia juga menyimak apa yang kusampaikan tentang cara-cara menangani siswa, tapi biasanya beliau akan tertawa lepas, tampaknya tidak habis pikir dengan apa yang kulakukan… hahaha.
Dalam komunitas kami, beliau kami anggap sebagai bapak. Kubayangkan betapa pusingnya beliau, menghadapi puluhan anak yang sudah dewasa dengan berbagai karakter. Ibarat keluarga, mungkin aku adalah si anak nakal. Bertindak sesuka hati, berbicara sesuka hati dan marah sesuka hati. Dihadapannya, aku tidak bisa menjadi anak baik yang bilang “iya Mo …” dengan ikhlas. Aku selalu mempertanyakan apa yang beliau katakan, baik terucap maupun tidak.
Didepan anak-anaknya yang lain, terutama yang lebih muda dariku, kugunakan prinsip “Anda bapaknya, aku anaknya, aku nurut, supaya enak dilihat”. Tapi dibalik itu, semua tak semudah yang dilihat. Seringkali aku butuh waktu berjam-jam untuk akhirnya ikhlas melakukan apa yang harus kulakukan. Beliau hidup dari ribuan buku yang jelas-jelas berbeda dengan seleraku. Orang bilang, apa yang dibaca sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Mungkin itulah yang membuat kami sering tidak sepaham. Alkitab, mungkin satu-satunya buku yang sama-sama kami baca.
Sejak pertemuan pertama kami, beliau sudah mewajibkan semua anak-anaknya untuk membaca Alkitab. Seingatku, beliau pernah mengatakan “cara terbaik untuk mengenal Yesus adalah dengan membaca Injil”. Ucapan itulah yang kuterima sampai sekarang, tanpa mendebat !!!
Anak-anaknya yang lain mungkin punya kesan lain tentang beliau. Tetapi buatku, bagaimana beliau “memaksa” kami untuk mengenal Yesus dengan cara yang lebih baik adalah hadiah yang sangat indah. Sesuatu yang tidak kudapat dari bapak kandungku. Bertahun-tahun mengenal beliau, bertahun-tahun pula aku semakin mengenal Yesus.
Hari ini, dihari ulang tahunnya yang kesekian, kuharap berkat tetap melimpah baginya. Semoga beliau tetap sehat dan setia dalam panggilannya.

*Selamat ulang tahun Romo … semoga panjang umur, supaya sempat membaptis anak saya hehehe…*

Rabu, 31 Juli 2013

Bilangan Berpangkat

Pernah ngobrol dengan seorang teman, tentang muridnya yang males belajar materi tertentu. Dianggap tidak terlalu berguna, maka ngga perlu capek-capek belajar materi tersebut. Dari pengalaman itu, saya selalu berusaha memberi alasan ke murid-murid saya, mengapa materi baru perlu mereka pelajari. Untuk kali ini, saya ceritakan tentang kejadian di kelas baru-baru ini ...
Saya harus mengajarkan materi "sifat-sifat bilangan berpangkat". Tujuannya adalah supaya mereka menggunakan sifat-sifat tertentu untuk berhitung. Saya memilih langkah awal dengan memberi tes kecil. Memberi beberapa soal hitungan yang harus mereka kerjakan ..
Misalkan, materi yang akan saya sampaikan adalah :
Bisa diawali dengan memberi 5 soal pembuka berikut :
Ketika anak-anak mulai gaduh... barulah saya "datang" dengan menggunakan cara yang lebih mudah, yakni menggunakan sifat-sifat yang berlaku pada bilangan berpangkat ...
Itu dulu cerita saya tentang kejadian dikelas. Yang penting, harus tetap diingat bahwa sama seperti orang dewasa, anak-anak pun akan malas mempelajari sesuatu yang tampaknya tidak berguna bagi mereka :)

Sabtu, 06 Juli 2013

Dia tinggal di Makassar, bukan orang Makassar

Obrolan ini terjadi tadi siang. Ketika saya memilih menyepi di makam Sultan Hasanuddin, Kabupaten Gowa. Saya ngobrol ngalor-ngidul dengan petugas penjaga komplek pemakaman.
Beliau bercerita tentang sosok Sultan Hasanuddin, sampai kepada raja-raja setelahnya...
Obrolan berganti arah ke keadaan orang Makassar saat ini..

Bapak : situ taunya tentang Makassar apa saja ? sebelum sekarang kesini ..
Saya : Hmmm... Losari, Hasanuddin, Laut... hmmm...

Saya agak bingung mengungkapkan kalimat berikutnya. Perlu berpikir keras, supaya si bapak ini tidak menganggap saya berburuk sangka hehhe...

Saya : hmm... saya sering lihat di berita-berita kriminal pak ... maaf ...

Si bapak itu sambil tertawa...
Bapak : itulah ... kadang otak kita yang maha luas justru lebih dipengaruhi sama barang ukuran belasan inchi itu. Padahal, setelah kita sampai sini, apa kita (kita dalam bahasa makassar artinya kamu) melihat apa yang di tipi-tipi itu?
Saya : Belum pak ...
Bapak : itu lah ... biarlah tipi bicara apa, biarkan otak kita bicara apa... jangan dibatasi.
Saya agak sependapat dengan bapak ini :)...

Obrolan kami masih berlanjut. Banyak hal kami obrolkan. Tapi, curhatan beliau berikut, begitu mengena di hati saya ...
"kalo di tipi di bilang, kriminal di makassar. Lalu orang berpikir orang makassar pelaku kriminal. Disini, nama suku sama seperti nama kota. Bisa saja to, pelakunya tinggal di kota Makassar tapi dia bukan orang Makassar. Berbeda dengan di kota kita. Dibilang, kejahatan terjadi di Medan, tapi orang tidak langsung berpikir kalau pelakunya orang Batak to ?"

Sewaktu si bapak menjelaskan itu, saya hanya menanggapi dengan tawa. Tapi, dalam pikiran saya ada banyak hal yang muncul, salah satunya adalah betapa saya setuju dengan si bapak ini.
Saya meninggalkan areal pemakaman itu. Mencari cerita-cerita lain, supaya otak saya yang maha luas ini, tidak diisi dengan berita dari benda berukuran belasan inchi..

Jumat, 05 Juli 2013

Liburan Kenaikan Kelas 2013 : Benteng Sompa Opu

Hari ini, saya ngadem di daerah Somba Opu, lebih tepatnya ke kawasan Benteng Somba Opu. Dari kota Makassar, letaknya agak terpencil. Kalau dari pusat kota, boleh naik angkot (pete-pete) ke arah jalan cenderawasih, turunlah di ujung jalan Rappocini Raya..sampai mentok ya... nanti akan menemukan jembatan penyebrangan yang lumayan panjang... Untuk yang rajin jalan, boleh jalan kaki. Kalau males, ya boleh naik betor (becak-motor), paling 5000 rupiah. Setelah menyeberang, berjalan kira-kira 200 meter, kita sudah tiba di kawasan Benteng Somba Opu...Tidak perlu membayar lho... gratis--tis--tis...



Benteng ini didirikan oleh raja Gowa, tujuannya ya sebagai benteng. Tapi, setelah perjanjian Bongaya, fungsinya mulai berubah..
Inilah kisahnya :)
Saat ini, di areal benteng sudah banyak wahana. Ada arena outbond, beberapa rumah adat, makam penduduk lokal, dan museum. Sayangnya, kondisinya memang kurang terawat. Rumah-rumah adat mulai rusak, area outbond pun tampak tidak terpakai. Padahal, menurut si bapak penjaga museum, tadinya kawasan ini ingin dibuat menjadi semacam Taman Mini Indonesia Indah-nya Jakarta :)..
Salah satu koleksi rumah adat..boleh disewa lho :p

Museumnya sangat sederhana menurut saya. Didalamnya ada koleksi baju adat empat suku di SulSel, yakni Mandar, Makassar, Bugis dan Toraja. Ada juga benda-benda yang ditemukan di areal benteng, mulai dari senjata sampai alat masak hehehe...
museum !!!!

Lantai II museum

Disamping museum ini, kita bisa menggalau ria, karena ada sungai besar yang mengalir. Hawanya lumayan sejuk, pokoknya pas untuk merenung :)..
Silahkan merenung di samping museum...ademmm

Ujung benteng ada di bagian paling belakang. Sudah mulai lumutan, tapi tetap terlihat kuat. Konon, batunya adalah bata merah yang direkatkan satu persatu dengan putih telur...wow, keren deh ...
ujung benteng ... ada lobang pengintai :D


Masih di kelurahan Somba Opu, tapi di luar komplek Benteng Somba Opu, kita bisa menemukan Discovery Gowa Park...Hmmm.. semacam waterboom lah... tiket masuknya 55.000 rupiah saja. Saya nggak masuk kesitu karena I can find it in Jekardahhhhhh hahaha...
yang suka mainan modern... monggo mampir ..

Sekian dulu pelajaran sejarah hari ini... sampai berjumpa di pelajaran berikutnya :)
siapkan ransel... kembali ke makassar, cari tempat lain :)

Selasa, 02 Juli 2013

Liburan Kenaikan Kelas 2013 : Kota Makale

Setelah dari Kota Rantepao, kami bergerak menuju Kota Makale, Tana Toraja..
Kota Makale dari gereja Bukit Sion
Ketika tiba di kota ini, saya merasa sangat beruntung. Ternyata, sedang ada upacara pemakaman orang Toraja. Karena upacara ini jarang diadakan, maka saya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Upacara yang akan kami saksikan terletak di daerah Burake. Butuh naik ojek sekitar 10 menit untuk sampai kesana, hanya 10.000 rupiah saja.
Ketika tiba di Burake, saya begitu terpesona. Upacara itu sangat megah. Puluhan hewan ternak disiapkan untuk perhelatan akbar itu. Belasan grup tari pun bersiap untuk memeriahkan acara. Tampaknya ada seribu orang yang hadir..



Ketika menyaksikan kemeriahan itu, saya sempat bertanya "untuk apa ini semua ? bukankah biayanya pasti besar ?". Seorang bapak bersedia menjelaskan. Menurutnya, upacara ini merupakan ungkapan cinta dan hormat pada orang tua. Tidak perlu hitung-menghitung untung-rugi, cukup meyakinkan diri bahwa orang tua kita pasti senang menerimanya, maka semua akan berjalan lancar.
Selama upacara itu juga, saya begitu terpesona dengan pakaian-pakaian yang digunakan. Ditambah aksesoris yang memanjakan mata, semua tampak begitu indah. Menambah kesempurnaan wajah-wajah mereka yang cantik dan tampan ...

Bagi orang yang ingin berwisata ke Kota Toraja, akan menyenangkan untuk menyaksikan upacara semacam ini. Maka, jika punya teman di daerah Toraja, bertanyalah tentang tanggal-tanggal dimana upacara ini dilangsungkan, siapa tahu waktu liburan anda bisa dicocokkan dengan tanggal tersebut :)
senang melihat upacara ini :)

Senin, 01 Juli 2013

Liburan Kenaikan Kelas 2013 : Kota Rantepao

Kalau sudah sampai ke kota Makassar, wajib untuk menyempatkan diri ke Tana Toraja. Jaraknya memang lumayan jauh, harus naik bis kira-kira 8 jam. Tapi, jauhnya itu terbayar dengan apa yang kita dapat disana...

Tana Toraja mempunyai dua kota besar, yaitu Kota Makale dan Kota Rantepao. Kalau dari arah Makassar, kita akan sampai di Makale dulu. Tapi, karena menurut cerita kota Rantepao lebih ramai, maka saya ke Rantepao dulu ...

Di kota ini, para wisatawan menginap di pusat kota. Ada banyak penginapan dan penjual souvenir di pusat kota. Harganya pun tidak terlalu mahal.
pedagang souvenir
Objek-objek wisata ada di pinggiran kota. Yang menarik tentu saja adalah bukit-bukit yang dijadikan pemakaman oleh masyarakat Toraja. Untuk yang tidak terbiasa melihat rangka manusia, pasti kaget mengunjungi objek-objek ini hehehe... Bayangkan, tengkorak-tengkorak diletakkan di gua dan kita masuk ke dalam guanya... lumayan kan ?
Pemakaman di Londa
gua berisi tengkorak
Umumnya, satu keluarga besar menempati satu bukit. Bagian bukit yang paling tinggi, dipakai untuk menyimpan jenasah para bangsawan dari keluarga tersebut. Saya sempat mengunjungi daerah Londa, tempat   pemakaman bagi keluarga Mongkele. Saya cukup kaget ketika melihat ada peti jenasah ditempat yang luar biasa tinggi. Bagaimana mereka menaruhnya ????
Bukit untuk pemakaman
Di pinggiran kota, kita akan menemukan pemandangan yang agak berbeda. Pemandangan sawah yang hijau, bisa membuat mata anda segar seketika. Anjing dan babi yang dibiarkan berkeliaran pun, bisa membuat anda tertawa seketika. Dan keramahan penduduknya, bisa membuat anda merasa begitu diterima... menyenangkan :) ...
sawah... hijau :)
Ada juga objek wisata berupa salib raksasa di bukit Singkit (dibaca singke). Butuh sekitar 15 menit pendakian untuk mencapai salib itu. Tapi, diatas bukit itu.... kita bisa melihat kota Rantepao dengan jelas sekali. Benar-benar indah ...
bukit Singkit
Oiya, di kota Rantepao ini, kita akan melihat banyak sekali turis asing. Tampaknya, wisata kuburan cukup menarik perhatian orang-orang diluar sana hehehe...Selain turis asing, kita juga akan melihat banyak gereja. Maklum saja, orang Toraja sebagian besar adalah penganut Kristen. Bahkan, kita bisa menemukan dua gereja yang benar-benar bersebelahan ....







Sekian dulu cerita saya tentang kota Rantepao. Akan saya lanjutkan tentang kota Makale ...
siapkan ransel, menuju Makale

Sabtu, 29 Juni 2013

Liburan Kenaikan Kelas 2013 : TN. Bantimurung-Bulusaraung

Untuk kali ini, saya akan bercerita tentang sebuah taman nasional. Nama lengkapnya Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Letaknya di propinsi Sulawesi Selatan. Buat yang diluar Makassar, begini kira-kira rutenya. Tujuan pertama adalah ke terminal Daya, lalu naik pete-pete (angkot) ke Maros seharga 7.000 rupiah. Dari Maros, naik lagi pete-pete ke Bantimurung seharga 5.000 rupiah... sampai lah kita di bukit yang ada tulisan raksasanya...
Setelah lihat tulisan ini, segera turun dari angkot :p

Eits, pintu masuknya bukan dibukit ya. Kita harus mencari patung kera super gede... lalu jalan kaki sekitar 10 menit (jalan ya, jangan ngesot). Setelah itu segera siapkan uang 15.000 perak untuk tiket masuk ya ...
Ini pintu masuknya

Di Bantimurung, ada banyak wahana atau tempat. Tapi, yang paling saya suka adalah air terjunnya. Gila, keren benerrrrrrr... Sebenarnya bukan air terjunnya yang keren, tapi fungsinya itu lho... bayangkan, orang-orang menjadikan air terjun itu sebagai wahana bermain.. itu lho... semacam Ocean Park gitu :p ...
Awal-awalnya, saya agak takut.. tapi lama-kelamaan ya brani juga sih... saya sempat buatkan video di area ini hehehe...boleh lihat disini nih :p
main air .... gembira !!!

ini bukan kolam renang, ini aliran air terjun :)


Selain area main air, ada juga gua batu. Menurut cerita, didalamnya ada batu-batu jaman purbakala, tapi karena tempatnya gelap, saya ngga masuk kesana hihiihi...
Ada juga Danau Kassi Kebo. Warna danaunya tuh keren gila, tapi ngga boleh dimasuki. Kalau kata bapak-bapak yang jaga penyewaan ban, karena di danau itu sering ada korban, semacam tumbal gitu lah... sebagai pendatang, percaya saja :) ...
Danau untuk dilihat, ngga boleh direnangi

Ada juga taman kupu-kupu, tapi sayang, waktu melihat tempat itu, sudah sore... takut ngga ada angkutan untuk pulang. Akhirnya, saya cuma lihat pintu masuknya aja...

Itu dulu cerita hari ini, sampai bertemu di cerita lainnya :)
siapkan ransel, cari tempat lainnya !!!!

Jumat, 28 Juni 2013

Liburan Kenaikan Kelas 2013 - Fort Rotterdam

Hari ini, saya belajar sejarah ke sebuah tempat .... namanya Fort Rotterdam.
Fort Rotterdam. Kameranya ga sanggup sampe tulisan Fort-nya ..

Untuk kalian yang diluar propinsi Sulawesi Selatan, beginilah kira-kira rutenya : dari Bandara Hasanuddin naik taksi ke pusat kota dan langsung saja ke Fort Rotterdam, cukup 100ribu saja. Gampang kah hehehe...

Sesampainya disana, kita wajib melaporkan kedatangan kita ke petugas. Tidak perlu bayar, tapi petugasnya akan bilang "sumbangan serelanya aja ...". Karena hari ini saya sedang kere, maka saya ikhlaskah 1.500 rupiah saja. 
Pintu masuk. Agak unik karena benderanya dua 

Tempat ini dulunya adalah benteng pertahanan Belanda. Tau kan, kalau dulu disini ada kerajaan Gowa. Nah, di tempat inilah mereka istirahat dan mungkin juga mengatur strategi. Tapi tampaknya, tempat ini juga dijadikan tahanan, karena saya melihat banyak ruangan-ruangan yang mirip tahanan.
Sekarang tempat ini sudah berubah fungsi. Ada bagian yang dijadikan kantor, ada yang jadi ruang pertemuan, ada yang jadi perpustakaan, toko souveni, galeri seni, museum, bahkan pojok-pojoknya dijadikan tempat bermesraan para ABG hihihi...
Pojokan-pojokannya untuk mojok :p

Semua tempat itu bisa dikunjungi gratis, kecuali museum La Galigo, harus bayar 3.000 atau 5.000. Yang anak-anak lebih murah :D.
Museum La Galigo nya cukup lengkap, koleksinya banyak, walaupun pengunjungnya sedikit. Tempatnya juga bersih. Keterangan di tiap koleksinya juga lengkap, bahkan ada keterangan untuk benda yang tidak ada. Bingung ? Sama !!!!. Jadi, tadi saya masuk ke ruang koleksi senjata, gambar senjata dan keterangannya  ada, tapi senjatanya justru ngga ada hahaha... museum yang unik...
Mahkota Raja : salah satu koleksi museum

Itulah isi pelajaran saya hari ini. Belajar sejarah di tempat bernama Fort Rotterdam ...