Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Senin, 26 Desember 2011

Natalku, Natalmu, Natal kita semua ...

Mari bicara tentang Natal …
Seorang teman bercerita bahwa di sebuah negara nun jauh disana, Natal adalah saat yang sangat ditunggu. Apapun agama mereka. Sangat ditunggu karena pada hari-hari menjelang Natal, salju turun begitu hebat sehingga aktivitas yang memungkinkan adalah aktivitas di dalam rumah. Pada saat itulah keluarga bisa berkumpul lebih lama dibanding hari-hari biasa … Yaaa… sebuah situasi yang sangat menyenangkan 

Kendati di negeri kita ini tidak ada salju, situasi seperti itu biasanya tercipta. Situasi dimana tiap keluarga Kristiani berkumpul untuk merayakan Natal. Berangkat ke gereja bersama-sama lalu dilanjutkan makan-makan atau sekedar ngobrol di depan TV yang menyajikan film atau acara Natal lainnya. Ya, dengan nyaman situasi itu bisa diciptakan di negara Pancasila ini ...
Tahun ini saya merasa ada yang kurang, saya tidak merayakan Natal bersama orang tua. Mereka ada di Sumatera Utara, sementara saya dan adik saya ada di Pulau Jawa. Tapi, kami tetap merayakan Natal seperti biasanya. Ke gereja, makan-makan, jalan-jalan dan sebagainya. Begitulah Natal yang kami maknai. KehadiranNya ke dunia membawa sukacita bagi setiap keluarga, bukan hanya keluarga Nazareth.
Apa yang ada dibenak Anda ketika mengetahui bahwa seorang anak tidak menikmati Natalnya padahal keluarganya ada disekitarnya ? Mungkin bingung, mungkin sedih, mungkin juga marah. Itu pun yang saya rasakan setiap kali ada anak yang bercerita bahwa dia tidak merayakan Natal walaupun orang tuanya ada di kota yang sama, bahkan di rumah yang sama dengannya. Saya bingung dengan jalan pikiran orang tuaya, saya sedih mendengar cerita anaknya, dan saya marah dengan situasi seperti itu.
Bayangkan bahwa perayaan keluarga itu tidak selalu bisa kita rayakan. Kelak ketika anak itu sudah dewasa, ketika dia harus kuliah di luar kota atau luar negeri, ketika dia sudah berkeluarga, belum tentu dia bisa merayakan Natal bersama keluarganya. Saya tetap marah walaupun alasannya adalah bekerja dan dia bekerja untuk menghidupi anaknya. Mungkin bukan alasan bekerja itu yang membuat seorang anak begitu sedih atau marah. Andai ada komunikasi yang tepat, tentu dia tidak sedih dan kesal sehingga harus mengungkapkan perasaannya pada orang lain, termasuk gurunya. Ada sesuatu yang kurang beres disana … sesuatu yang seharusnya menjadi PR orang dewasa, bukan anak-anak …

Selasa, 13 Desember 2011