Tulisan ini juga bisa dilihat di : akun kompasiana saya. Denga foto yang lebih lengkap
Sabtu,
12 Mei 2012. Mobil kami melaju meninggalkan kota Bandung. Harus bergegas karena
tempat wisata itu akan menutup pintu masuknya pada pukul 16.00. Di tanganku jam
sudah menunjukkan pukul 15.40. Aku cukup deg-deg an ketika kulihat jam
menunjukkan pukul 16.00 dan kami masih berada di kawasan Lembang. Aku terus
berdoa semoga pintu masuknya masih terbuka karena jam tanganku memang lebih
cepat dari jam pada umumnya.
Akhirnya
kami tiba sesaat sebelum pintu masuk ditutup. Kami pun memasuki kawasan wisata
Gunung Tangkuban Perahu. Setibanya disana aku menyadari ada yang berubah dari
tempat ini, dibandingkan dengan tahun 2000-an. Kawasan ini menjadi lebih rapih
…
Ada
gapura bertuliskan selamat datang dalam 3 bahasa, ada pagar beton untuk
keamanan pengunjung, dan yang paling menarik perhatianku adalah ada kuda yang
disewakan untuk pengunjung. Entah karena daya ingat atau memang kawasan itu
yang sudah berubah, yang jelas pada kunjungan kali ini aku merasa tempat itu berubah.
Aku
duduk di atas batu dan menghadap ke kawah gunung itu. Terlihat jelas. Pikiranku
melayang mengingat artikel-artikel yang kubaca tentang kawah ini. Dulunya,
gunung ini adalah letusan gunung raksasa bernama Gunung Sunda. Gunung Tangkuban
Perahu adalah bagian dari Gunung Sunda yang tidak meletus. Sampai sekarang
Gunung ini masih aktif, karena itulah dari kawahnya pun masih keluar lava dan
sulfur.
Kebetulan
aku pergi bersama seorang teman yang kuliah di jurusan geofisika. Dia bercerita
tentang kejadian ribuan tahun lalu, ketika ada patahan yang akhirnya membentuk
gunung ini. Sebagai orang awam, aku tidak memahami penjelasannya keseluruhan.
Aku justru tertarik melihat orang-orang yang datang ke tempat itu. Ada banyak
pengunjung. Ada yang sibuk mengambil foto ada juga yang tampak berdiskusi.
Selain itu ada juga para pedagang dan penyewa kuda. Andai kejadian ribuan tahun
lalu bisa dianggap sebagai bencana, maka menurutku bencana pada waktu itu telah
menjadi berkah bagi penduduk pada saat ini. Berkah bagi mereka yang
mengandalkan tempat ini sebagai mata pencaharian.
Oiya,
aku baru tau kalau pengelolaan wisata Tangkuban Perahu sekarang sudah
diserahkan ke pihak swasta. Beberapa tahun lalu, evaluasi menunjukkan bahwa
Perhutani tidak mampu mengelola kawasan ini, karena itulah pihak berwenang
menyerahkannya pada swasta. Kalau sudah begini, aku cuma bisa senyum-senyum
sendiri hehehe… Tapi, lupakanlah siapa pengelolanya. Untuk saat ini, yang
penting kawasan itu tetap terawat dan bisa dinikmati masyarakat. Jangan sampai,
kawasan yang memiliki legenda ini, nantinya hanya akan benar-benar menjadi
legenda saja …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar