Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Sabtu, 19 Mei 2012

Mari Belajar Berinvestasi


Indahnya Hidup ketika menikmati Mi Ayam

 Sambil menunggu tukang mi ayam datang, saya hendak bercerita. Kali ini saya akan bercerita tentang proses pengambilan keputusan. Sebuah keputusan besar tentang rencana masa depan, tapi bukan tentang pernikahan lho hahaha… Ini tentang asuransi. Beginilah ceritanya ….
Ketika kuliah dulu, saya mengambil beberapa mata kuliah tentang asuransi, mulai dari Matematika Asuransi I, II, Teori Investasi, Manajemen Resiko dan Hukum Asuransi. Saya belajar bagaimana cara menentukan besarnya premi, peluang hidup, hukum yang harus dipatuhi dan masih banyak lagi. Percaya atau tidak, saya selalu mendapat nilai yang bagus, minimal B hehehe… ya jelas bagus, kalau nggak bagus dari mana saya dapat IPK 3, sekian :p.
Anfortunetli (dibaca : sayangnya) saya memang mahasiswa yang sangat baik, saking baiknya saya segera melupakan semua materi-materi itu, sesaat setelah ujian, gubrak !!!!. Saya sama sekali tidak terpikir untuk menjadi nasabah asuransi. Waktu itu saya berpikir “asuransi kan produk perbankan … nah, bank hidupnya dari uang nasabah. Lah, tuh bank ngambil duit gue donk”.  Ya, saya akui itu kesimpulan seorang ababil lah hahaha…
Sekitar tahun 2009 saya mengunjungi teman saya yang baru saja operasi. Dia operasi pengangkatan kista. Saya kurang paham tentang penyakitnya sih, yang jelas ada bongkahan daging sebesar bola tenis yang harus diangkat dari perutnya … wewwww … menyeramkan. Waktu itu, saya dan beberapa teman lain akhirnya patungan untuk membantu dia. Anehnya, dia menolak karena katanya biaya seluruh pengobatan sudah di cover asuransi. Hmmm … ada informasi baru berputar-putar di otak saya. Tapi, hanya sekedar berputar-putar :p.
Lain lagi pengalaman tahun lalu. Ketika itu seorang rekan saya akhirnya harus membuat pengumuman tentang permohonan bantuan untuk biaya operasi anaknya. Saya memang ikutan berkontribusi sih, tapi di otak saya kembali ada putaran-putaran tentang asuransi itu. “kalo udah gini, kayaknya bermanfaat sih tuh produk …tapi …”.
Akhirnya tahun lalu saya ngobrol dengan seorang teman. Beginilah obrolan kami waktu itu …
Sarma : gini lho, kan sekali gue ikut, gue kudu ikut terus … kalo misalnya gue gak ikut lagi, duit gue raib toh ?
Teman : Yaa, lo mikirnya jangan jelek gitu …
Sarma : Harus donk … ini duit cuyyy … gak dua ribu-tiga ribu, yang bisa kita ikhlasin gitu aja …
Teman : Iya … tapi kalau lo sakit, ilang semua tabungan lo itu.  Bisa jadi, tuh lahan yang udah lo beli bakal dijual juga …
Sarma : Tapi kan gue selalu jaga kesehatan. Gue gak suka junkfood, gue rajin olahraga, gue gak alkoholan, bla bla bla. Peluang gue sakit tuh kecil ….
Teman : iya gue tau … makanya, lo ambilnya jangan yang cuma asuransi doank. Ambil yang ada investasinya. Jadi, duit lo gak raib gitu aja. Kalo lo gak pernah klaim, duit lo utuh lah… tapi, emang gak bisa diambil setiap saat. Paling aman, lo ambil yang nabung sepuluh tahun. Kalau nantinya lo mau ambil, ambil aja…
Sarma : utuh ?
Teman : malah bisa lebih … namanya investasi, bisa untung banget kan?
Sarma : Tapi, bisa rugi juga kan ?
Teman : serugi-ruginya, tetep aja lo udah di cover ampe mati … Anggep aja, untuk sekarang, emang produk ini yang cocok jadi solusi perbankan lo … Lo ngerasa bakal sehat terus, tapi jauh dilubuk hati lo, lo juga takut sakit …
Setelah obrolan itu, saya memang berpikir untuk berinvestasi di perusahaan asuransi. Saya menyisihkan dana untuk itu. Jadi, selain menabung untuk membeli ini-itu, untuk liburan, untuk mudik dan untuk menikah …ooopss… saya juga menabung di sebuah perusahaan asuransi.
Fortunetli (dibaca : untungnya) untuk transaksinya tidak terlalu rumit, karena perusahaan itu bekerja sama dengan bank BCA yang memang memberikan kemudahan transaksi. Lagipula, sebagai orang pelupa tingkat dewa, sistem auto-debet memang menjadi layanan perbankan yang paling saya harapkan, untunglah bank itu menyediakannya. Kalau sampai saya harus berhadapan dengan kerumitan-kerumitan bertransaksi, pastilah putaran-putaran di otak saya itu segera hilang … cling …
Nah, itulah cerita saya tentang pengambilan keputusan besar. Benar-benar besar lho … karena kalau uang itu saya belikan mi ayam, pasti bisa membeli mi ayam porsi besar hehee. Oiya, kata orang kan, untuk menambah tabungan, kita bisa mulai berbisnis dari yang kita suka, gimana kalau saya bisnis mi ayam ya? Kalau nggak laku, bisa saya makan sendiri wkwkwk … Tapi, kalau laku banget, bisa-bisa saya tidak perlu jadi “buruh” terus.  Bisa beli buku yang banyak. Bisa bikin rumah makan mi ayam yang diatasnya ada perpustakaan. Bisa macem-macem … Halahh.. malah ngimpi … Eh, gapapa deh mimpi jadi bisnis-woman, katanya kan kalau buruh gak bisa mandiri secara finansial, berarti kudu bisnis nih, biar mencapai kemandirian finansial. Tapi modalnya mana Sarma ?????? Ya nabung !!!! … jangan ngimpi aja …






Tidak ada komentar:

Posting Komentar