Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Kamis, 08 April 2010

Seri 4 : Stefanie dan Matematika


Siapa pun yang mengenal Stefani pasti akan segera mengetahui mengapa saya memasukkannya sebagai salah satu tokoh dalam cerita berseri ini. Nama aslinya Stefanie Rose, tapi sebagian besar temannya memanggilnya dengan Fanie B.

Ketika saya masih mengajar Fanie, saya tidak terlalu memperhatikan keistimewaannya. Justru ketika saya tidak lagi bertemu dengannya setiap hari, dia baru mengakui sesuatu. Ternyata dia begitu menyukai pelajaran matematika. Saya belum sempat menanyainya tentang alasannya menyukai bidang ini.

Fanie memang begitu tergila-gila dengan matematika. Baginya matematika begitu mudah dan menyenangkan. Tentu ini berbanding terbalik dengan anggapan anak-anak pada umumnya. Untuk alasan ini, sering kali Fanie justru jadi bulan-bulanan temannya.

Begitu mudahnya dia mengerjakan soal matematika terkadang justru membuat saya begitu kesulitan. Maklumlah, Fanie juga termasuk anak yang aktif di kelas. Setelah selesai mengerjakan sesuatu biasanya dia akan mulai kasak-kusuk kesana-kemari. Terkadang sampai mengganggu temannya yang lain. Nah, kalau sudah begitu biasanya saya akan ”mengamankan” dia untuk beberapa menit. Tapi anehnya, Fanie tidak pernah kesal dengan perlakuan itu. Setelah beberapa saat dia akan segera ceria kembali, seolah tidak terjadi apa-apa. Hahaha, itulah Fanie.

Beberapa bulan yang lalu, Fanie dan teman-temannya baru saja mengikuti kompetisi matematika. Saya mengikuti proses persiapan mereka. Menjelang hari pelaksanaan, hampir setiap hari mereka belajar matematika. Mengerjakan soal-soal yang mungkin muncul dan mempelajari materi-materi yang belum diajarkan di kelas.

Saya menemani mereka satu kali untuk acara persiapan itu. Mengajari 5 anak terpilih tentu saja berbeda dengan mengajari puluhan anak lainnya. Dengan cepat mereka bisa memahami apa yang saya katakan. Yang menarik adalah memperhatikan gaya Fanie dalam memahami materi baru. Dia akan memajukan kepalanya sambil membuka mulut dan memicingkan mata. Kalau ada bagian yang tidak dipahaminya, dia akan berteriak ”sebentar...sebentar...ntar dulu Bu” sambil mengangkat tangannya. Melihat itu teman-temannya akan segera tertawa, termasuk saya tentunya.

Sehari menjelang kompetisi adalah hari yang akan sulit saya lupakan. Waktu itu saya melihat dengan mata saya sendiri bagaimana Fanie begitu ”kekeh” belajar. Sampai dengan pukul 12.00 Fanie dan timnya sudah belajar untuk persiapan. Tadinya saya pikir mereka akan segera pulang untuk istirahat. Tapi ternyata ...

Dia dan Ganis tidak pulang. Mereka masih belajar matematika sampai sore hari. Teman-temannya yang melihat sampai bilang ”Bu, liat tuh Bu....dari tadi disitu mulu...gak bosen-bosen”. Saya juga sempat menyuruh mereka pulang karena menurut saya mereka belajar terlalu keras. Saya takut kalau akhirnya malah membuat mereka sakit dan gagal ikut kompetisi. Tapi, memang begitulah Stefani, dia tetap belajar sampai kira-kira pukul 5 sore. Luar biasa !

Fanie memang anak yang ”ngotot”. Dia tidak terlalu peduli dengan anggapan teman-temannya tentang matematika. Selama dia nyaman dan berpikir bahwa sesuatu itu berguna, dia akan tetap melakukannya. Hal inilah yang membuat dia begitu istimewa di mata saya. Jarang sekali saya menemukan anak yang berani melawan arus. Dia adalah satu diantara sekian ratus anak yang akan saya jadikan teladan tentang cara memegang prinsip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar