Bintang. Benda langit yang sangat saya kagumi.
Keberadaannya yang selalu memberi cahaya bagi manusia. Tidak pernah berpindah
tempat, tapi selalu hilang dan muncul dan tatapan saya. Di tempat saya tinggal,
saya jarang melihat bintang. Tampaknya polusi udara telah menghambat penampakan
bintang di sekitar tempat tinggal saya.
Untuk tujuan menikmati keindahan bintanglah
saya suka bepergian keluar kota. Nah, tanggal 3-4 Juli 2012 saya pergi ke
kawasan gunung Bromo. Dari cerita yang saya dengar dan baca, di kawasan itu
biasanya orang-orang menikmati terbitnya salah satu bintang, yaitu matahari.
Ratusan orang akan menanti penampakannya dan berusaha mengabadikan peristiwa
itu.
Kami tiba di terminal Probolinggo sekitar pukul
empat sore. Menunggu angkutan menuju Bromo sambil menikmati soto ayam di warung
sekitar angkutan ngetem. Tidak ada yang istimewa di areal itu.
Sekitar pukul tujuh malam akhirnya kami
diangkut menuju kawasan Bromo. Saya duduk di bagian pinggir dengan tujuan utama
bisa melihat bintang. Menurut supir angkutan, jalan yang kami lewati itu adalah
kawasan hijau tetapi karena hari sudah malam kami tidak dapat menyaksikannya.
Saya hanya sibuk melihat ke langit. Indah…
Sesampainya di penginapan, kami memilih untuk
beristirahat walaupun baru pukul delapan malam. Tentu kami harus tidur lebih
awal karena jeep akan menjemput kami pada pukul empat pagi menuju daerah
Penanjakan, tempat dimana orang-orang menyaksikan matahari terbit. Sebelum
tidur, saya menyempatkan diri menikmati bintang-bintang yang bisa terlihat
dengan jelas dari bagian belakang penginapan. Tidak ada kata yang pas untuk
mendeskripsikan keindahan malam itu. Maka, malam itu saya terlelap dengan
bahagia …
Pukul empat pagi kami kami berangkat ke
Penanjakan. Saya duduk tenang di dalam jeep selama dua puluh menit, kemudian
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Setelah keluar dari jeep, barulah
saya merasakan suhu dingin yang sesungguhnya. Saya harus membeli topi kupluk
untuk mengurangi rasa dingin yang saya rasakan. Untuk pertama kali dalam hidup
saya, saya menyerah dan harus menggunakan semua atribut anti dingin hehehe …
Di Penanjakan, sudah ada ratusan orang yang
menunggu. Sebagian besar memegang kamera dan bersiap untuk mengambil gambar
terbaik. Begitu banyaknya orang sampai-sampai saya tidak bisa mendapat tempat
yang cocok untuk menyaksikan matahari terbit. Namun, saya tidak kesal dengan
itu. Masih ada sekitar satu jam untuk menikmati bintang-bintang lain selain
matahari. Saya mencari tempat yang agak sepi dan duduk sambil memandangi
ratusan bintang. Sayang, kamera saya tidak bisa mengambil gambar-gambar bintang
itu, kurang canggih.
Menatap kelangit sambil “berbicara” dengan Sang
Pencipta adalah peristiwa favorit saya. Kembali diingatkan bahwa bintang yang
diam saja bisa menjadi penerang bagi manusia, apalagi saya manusia yang bisa
bergerak bebas, bukankah seharusnya saya bisa menerangi orang lain juga ?
Sekitar pukul lima pagi, matahari akhirnya
muncul. Semua orang beramai-ramai berfoto, termasuk saya. Benar kata orang,
warna matahari terbit jauh lebih indah dari warna-warna kuning lainnya.
Walaupun saya bukan pemuja matahari terbit, tapi untuk pagi itu, saya harus
mengakui bahwa lokasi tempat saya berdiri itu benar-benar membuat matahari
terbit dengan begitu indah. Syukur bagiMu Sang Pencipta …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar