Wajib Baca

Mengenai Saya

Foto saya
Weblog ini asli diisi oleh Sarma Manurung

Rabu, 04 Januari 2012

Here I am Lord ...


Sabtu pagi, 31 Desember 2011. Aku bersama 12 orang teman memulai perjalanan menuju puncak gunung Guntur, Garut, Jawa Barat. Kami bersiap-siap di depan mesjid As-Salam. Mulai membagi-bagi barang bawaan. Aku nggak suka merepotkan orang lain ketika ada acara bersama. Maka ketika temanku menawarkan bantuan untuk membawakan sebagian barangku, dengan cepat aku menolaknya. Aku membawa barang yang kubutuhkan, dan akan kubawa sampai ke puncak gunung itu.
Perjalanan dimulai dengan menaiki truk pasir. Perjalanan yang sungguh menyeramkan karena
guncangan di truk itu luar biasa. Setelah turun dari truk, kami mulai menyusuri lereng gunung, melewati curug kecil hingga akhirnya berhenti di bagian curug yang agak lebar. Kami sarapan
sekaligus makan siang disana dan sudah mulai merasa kelelahan. Ketika akan memulai pendakian gunung, seorang teman berkata “sekarang baru mulai … hehehe”. Kami langsung bertatap-tatapan. Berarti dari tadi blom ada apa-apanya??? Aaarrgggh…
Pertama kali melangkahkan kaki, aku masih memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Aku menghabiskan masa kecilku dibukit yang cukup tinggi, bahkan rumahku berada diatas bukit. Karena itu, menaiki bukit dan gunung tidak lagi menantang bagiku J . Aku sempat syok ketika seorang teman akhirnya meninggalkan sebagian barangnya karena tidak lagi kuat membawanya ke atas. Aku membantu membawakan 1 botol air 1,5 liter, tapi sebagian barangnya memang tetap ditinggalkan. Kulihat nafas temanku pun sudah mulai tidak beraturan. Aku berusaha menenangkan diri tapi tetap merasa panik. Bagaimana pun, mereka sudah terbiasa naik gunung.
Aku tau ada aturan tidak tertulis ketika naik gunung. Konon, kita tidak boleh beristirahat terlalu lama supaya kita tetap bisa melanjutkan perjalanan. Sayang sekali, hari itu aku melupakan aturan itu. Berawal dari posisi temanku yang sangat jauh dibawah. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggunya. Saat itu kuperkirakan puncak tinggal 300 meter lagi. Aku menunggunya cukup lama, hingga aku sempat tertidur. Aku justru terbangun ketika dia memanggilku. Rupanya dia sudah berhasil menyusulku.
Aku mulai melangkahkan kaki. Entah kenapa, kakiku terasa berat sekali. Kira-kira 50 meter sebelum puncak, aku bahkan mati langkah hingga akhirnya terdiam. Otakku yang biasa berpikir cepat untuk mencari tumpuan, seakan berhenti bekerja. Beberapa kali aku salah langkah hingga nyaris merosot. Kacau … .
Empat dari dua belas temanku sudah sampai di puncak. Aku melihat mereka duduk dan mulai merasa iri. Aku mulai merasa putus asa dan akhirnya memilih merebahkan diri menatap ke langit.
Engkau yang menilai hatiku Tuhan … Inilah aku Tuhan … keangkuhanku sejak awal perjalanan ini mungkin telah membuatmu kesal. Maaf … Maaf karena telah meragukan kuasaMu. Maaf karena aku lupa mengandalkan kekuatanMu. Sekarang, puluhan meter dari puncak gunung ini, aku mengakui kesalahanku dan memohon ampunMu … Beri aku kekuatan untuk mencapai puncak itu, sehingga aku bisa menikmati indahnya ciptaanMu.
Aku menatap puncak, lalu ke bebatuan di sekitarku. Begitu cepatnya otakku berpikir hingga aku bisa menemukan pijakan yang tepat. Beberapa menit kemudian, aku sampai di puncak … Perjalanan sejak pukul 07.05 pagi, akhirnya berakhir di 17.00 sore. Terima kasih Tuhan ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar