![]() |
Desa Sirungkungon |
![]() |
Sebagian Rumah Tradisional tetap dipertahankan |
Nama saya Sarma Manurung.
Saya lahir di sebuah desa di tepi danau Toba. Namanya desa Sirungkungon (dibaca
: Sirukkungon). Kenapa dinamai Sirungkungon (artinya leher) ? Karena fisiknya
memang seperti leher. Untuk mencapai desa dibutuhkan kira-kira satu jam dari
pelabuhan Ajibata, Parapat. Desa ini adalah desa leluhur orang-orang Batak
bermarga Manurung.
Meskipun memiliki
pemandangan yang indah, Sirungkungon bukanlah desa wisata. Tampaknya kami pun
tidak berniat menjadikannya desa wisata. Kami cukup nyaman dengan kondisinya
sekarang dimana sekitar sembilan puluh kepala keluarga tinggal disini. Ada yang
memilih menjadi petani yang menanam bawang merah, coklat dan kopi. Ada pula
yang memilih menjadi peternak ikan di danau, istilah Doton. Oiya, ada juga yang
memilih menjadi pegawai di sebuah tambak raksasa milik pengusaha Swiss.
![]() |
Kegiatan tiap Sabtu : Belanja ke Ajibata |
Setiap harinya ada kapal
kecil yang pulang-pergi ke Ajibata, namanya kapal Demos. Dengan kapal ini,
penduduk membawa hasil pertanian atau perikanan ke Ajibata untuk dijual. Setiap
hari Sabtu, kami menyebutnya hari Pekan, ada kapal besar yang datang ke
Sirungkungon. Kapal itu akan singgah di beberapa desa di tepi danau Toba. Kapal
itu memuat puluhan penumpang yang sama-sama bertujuan ke pasar untuk membeli
kebutuhan selama seminggu.